My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Senin, 01 Agustus 2011

Aku Mohon, Jangan Lagi !! (cerpen)

Aku bukanlah seorang manusia yang sempurna mungkin, aku juga mungkin tidak pantas mendapatkan dia, dia terlalu sempurna, terlalu indah, dan terlalu berharga. Tapi, mendapatkannya ternyata membuatku sakit, bukan bahagia seperti yang pernah terfikirkan.


Aku memang terlalu munafik, didepan semua orang aku bersikap biasa saja, tersenyum, seolah-olah tak terjadi apa2 sebelumnya, Maaf jika aku memang sangat munafik dimata semua orang.


Awal mengenal dia, aku merasa dia lelaki yang baik, dan bisa membuatku bahagia. Memang itu terjadi, itu semua benar, saat aku memilikinya, seluruh sikap dan perhatiannya  memang membuatku nyaman disampingnya.


Namun, ketika umur hubungan kami tepat ke satu tahun, dia mulai tak seperti dulu, perhatiannya kini tak lagi padaku. Bahkan, yang sempat membuatku lebih sakit lagi, ketika ku dengar kabar dia, dia menjadi milik sahabatku sendiri.


Kalian tahu? Pasti kalian tahu, bagaimana dan seperti apa hatiku, perasaanku saat itu. Aku sakit, dia menjauh dariku, dan berduaan dengan sahabatku itu tepat didepanku, dihadapanku.


**
Pernah berfikir untuk pergi
Dan terlintas tinggalkan kau sendiri
Sempat ingin sudahi sampai disini
Coba lari dari kenyataan.

Tapi ku tak bisa jauh, jauh darimu.
Ku tak bisa jauh, jauh darimu ..


“iya bener rio, aku liat sendiri lho !” ucap gadis itu dengan manjanya dalam rangkulan lengan dia, dia lelaki yang kubilang tadi, Rio namanya.


“haha, iya deh percaya” ucap Rio mengelus lembut rambut gadis itu, ya tuhan, aku kangen masa2 saat rio masih seperti itu.


Kedua ucapan mereka terdengar sampai ke tempat ku duduk, sedikit2 aku melirik ke arah mereka, namun salahku juga sih, aku malah melirik mereka yang sedang berduaan yang akhirnya membuatku sakit hati bahkan kadang  menangis walau tak pernah ada satupun orang yang melihatnya.


“yo, janji ya, jangan pernah ninggalin aku buat oranglain” suara gadis itu terdengar kembali, aku pun menghela nafas dan menunduk, sebenarnya tak sanggup mendengar apa jawaban yang akan diutarakan rio thd ucapan gadis itu.


“iya, aku janji, akan selalu bersamamu” deghh, saluran nafasku serasa tersumbat, detak jantungku terasa berdegup kencang, aku pun memutuskan untuk beranjak meninggalkan kantin.


“aduhh .. maaf” ucapku saat tidak sengaja menabrak tubuh lelaki itu, kupandang lekat pemuda itu penuh mohon, takut pemuda itu akan marah padaku, tapi aku lega saat ia tersenyum manis padaku.


“gak apa2 kok” ucapnya dan tersenyum simpul.


Aku tersenyum, “maaf banget ya, jadi bikin blazer kmu itu ktor” ucapku lalu mengambil sapu  tangan disaku blazer ku dan menghapus noda2 yang ada diblazernya walau tak begitu brsih.


“no problem, o ya nama kamu shilla kan?” tanyanya padaku.


Akupun mengangguk, “iya, kok tau? Perasaan sebelumnya belum pernah kenalan kan?” ucapku.


“ haha, tau lah, disekolah ini siapa sih yang gak kenal kamu, anak cheers yang baik hati dan anak pemilik sekolah ini, ya kan? ”


“eemmhh, betul , hehe”


“hhmm. Aku AJS.. alvin jonathan sindunata, panggil aja alvin, oke?”


Aku pun mengangguk dan tersenyum, “oke !”



**


Andaikan ku mampu bertahan
Kan ku coba untuk mengerti
Meski engkau tak mampu lagi untuk mencinta
Namun hati ini tetap akan ku jaga


“ekhm, !” deheman itu membuatku tersentak, aku pun menoleh kearah asal suara itu lalu menunduk saat ternyata itu dia, Rio.


“apa?” jawabku berlagak jutek padanya walau aslinya tubuhku gugup berhadapan dengannya.


“tadi papa suruhku kesini, temui papamu, mana papamu? Aku mau bicara” ucapnya yg seolah-olah seperti bukan pada pasangannya sendiri.


“diruang tengah, ada urusan apa? Penting kah?” ucapku menatap profil wajahnya dengan tatapan jutek.


“bukan urusanmu”ucapnya lalu beranjak pergi keruang tengah tempat papaku berada.


“100%  sekarang kamu berbeda rio” gumamku yang entah terdengar atau tidak pada rio yang masih terus berjalan.


Sekitar kurang lebih 30 menit, Rio  sudah kembali, aku pun menyeka lengannya, lalu ia pun berhenti, “tunggu sebentar saja” ucapku lalu meraih sebuah kotak berwarna merah muda di meja lalu kembali ke hadapan rio.


“cukup sudah rio, aku capek kamu terus2an gak anggap aku, aku mohon aku mau akhirin ini semua, aku gak sanggup lagi, dan ambil ini, semua barang yang pernah kamu kasih ke aku, thanks dah pernah ada rio” ucapku lalu meraih lengan rio lalu meletakkan kotak itu ditangannya.


Rio pun tak berkata sedikitpun, membawa kotak itu tanpa perasaan bersalah sedikitpun padaku, tuhan, apa yang membuat dia sebegini berubah? Bahkan, aku sampai asing dengannya, dengan pasangan aku sendiri, namun memang hari ini telah berakhir.


**



“hah? Udah berakhir? Bener yo?” ucapan gadis itu serasa seperti menyindirku, ya tuhan mengapa sahabatku sebegitu jahatnya padaku? Merebut perhatian serta hati rio dariku.


“yaps .. “ jawab rio yang membuatku tersentak.


Ha? Apa? Tadi rio seperti merasa bangga setelah berakhir denganku.. aku berusaha menguatkan hati untuk mengatakan itu kemarin, sedangkan rio rasanya tak ada rasa bersalah atau ingin meminta maaf atas sikapnya yang terlalu menyesakkan hati itu? Seberapa keras  hati nya sih?


“trus trus, siapa yg minta putus?” tanya gadis itu lagi.


“Dia lah .. kemarin pas aku disuruh papa ketemu papanya” tuh kan .. rio menjawab persis kejadian kemarin aku dan dia dirumah, hufft, dia benar2 sedang membicarakanku, dia tidak tahu aku mendengarnya atau sengaja agar aku mendengar pembicaraan mereka tentangku? Sungguh tak mengerti -,-


“Hei !” sapa seorang pemuda membuyarkan lamunanku. Aku pun menoleh kearahnya, dan tersenyum, ternyata itu alvin.


“aku tau semua masalahmu,” ucapnya yang tiba2 membuatku tersentak, benarkah alvin mengetahui ttg rio, gadis itu dan aku? Oh tuhan, ku kira tak ada satupun yang tahu. Aku hanya mengerutkan dahi. Terlihat alvin menghela nafas.


“kenapa? aku sering memperhatikanmu, aku bisa bantu kamu menyelesaikannya !”lanjutnya .


Aku menggeleng, “gak bisa, sudah terlambat alvin, ini sudah terjadi, biarkanlah !” ujarku padanya.


Dia menatap mataku lekat, akhirnya aku dan dia beradu pandang, “cinta harus diperjuangkan ashilla !”aku pun menghela nafas lalu membawa alvin keluar dari perpustakaan agar ucapannya itu tak terdengar oleh rio ataupun gadis itu.

“ngomong bisa pelan dikit kan? Kalo dia denger gimana?”ujarku pada alvin saat didepan perpustakaan.


“oh iya, maaf deh, tapi shill, kenapa kamu ngalah sama dia yang jelas2 udh rebut rio dari kamu? Cinta itu harus diperjuangkan shill, raih rio kembali !” ujarnya yang membuatku tersenyum pasrah.


“racun itu sudah menyebar di setiap sel-sel darahnya, mengalir ditubuhnya, bahkan penangkal racun yang selama ini ku buat sudah gak bisa mempertahankan Rio, alvin !” ujarku.


“tapi kamu bisa kan racik lagi penangkal yang lebih dari itu, hingga rio kembali padamu, perjuangkanlah !”


“gak vin, aku nyerah, aku capek”


“secepat itu kamu  menyerah shill? Setau ku kamu gadis yang kuat, tapi kenapa hanya karna dia kamu lemah,? Payah”


“iya, aku memang payah, lagian kenapa kamu terlalu memaksakan aku meraih rio kembali”


“karna aku menyayangimu, aku tau kamu masih ingin bersamanya kan? Aku tau shill .. aku ingin kamu tersenyum kembali, meraih rio yang memang seharusnya jadi milik kamu bukan gadis itu” ucapan alvin tadi membuatku tersentak,


“kamu menyayangiku? Kita baru kenal beberapa hari yang lalu kan vin?”


“kamu yang baru mengenalku beberapa hari yang lalu, tapi aku, mengenalmu lebih dulu, aku mengagumimu sejak lama, walau hanya memperhatikanmu secara diam2 dari jarak jauh”


“ha? Benarkah?” ucapku namun aku dan alvin tiba2 terdiam ketika rio sudah berada disampingku. “apa?” ucapku lagi pada pemuda yang kini disampingku.


“nih”ucap rio menyerahkan beberapa lembar kertas padaku.


“apa ini?” ucapku lagi memandang wajah super cueknya.


“kertas lah”


“iya aku tau ini kertas, kamu kira aku bodoh? Ini kertas apa? Untuk apa? Mengapa diberikan padaku?”


“kasih ke papamu, aku gak sempat kerumahmu siang ini !”


“kan kmu yg da perlu, kenapa hrus aku yang kasih?”


“aku mau pergi sama ify, gak bisa ngerti apa?”


Aku tertegun ketika rio menyebut nama gadis itu, dengan lantangnya ia menyebutkan nama ify, tanpa ada rasa canggung karna dihadapannya itu seorang gadis yang telah tersakiti karna perbuatannya dan gadis itu, yaitu aku.


“oke, aku mengerti tuan” ucapku menatapnya sinis nan jutek lalu meninggalkannya sendiri sembari menarik lengan alvin.


“shill, kmu kok ngehindar gitu sih dari rio?” tanya alvin padaku setelah aku berhenti dengannya.


“kmu gak denger apa tadi? Rio sebut nama dia, aku gak bisa denger itu terus2an”


“kmu kok jd payah gitu sih?”


“aku capek vin, aku bukan payah, selama ini aku bertahan natap rio mesra2an sama ify sedangkan aku masih pacaran, sekarang aku udah putus vin, dan aku nyerah, aku gak sanggup lagi !”



**



Angin berbisik pelan, gemerlap cahaya lampu kota terlihat malam itu, awan2 hitam pekat dilangit bersama para bintang dan bulan menjadi tatapan utamaku. Aku memandang langit dengan perasaan damai dari sebelumnya. Kau tahu? Rio yang mengenalkanku metode ini, metode berbicara atau bisa dibilang curhat pada bintang hanya dengan berbicara dalam hati, hingga metode ini sering menjadi aktivitasku.


(Flash back On)



Rio membiarkanku memakai bahunya untuk menangis, aku memang sedang ada masalah, yang membuatku sempat menangis terus menerus.


“saat aku ada, kmu pakai bahu aku untuk menangis dan bercerita, tapi kalau seandainya aku lagi gak bersama kamu, curhat aja sama bintang, mereka siap mendengar semua kejadian dan keluhan kamu, metode ini hampir sebagian orang didunia yang menjadikannya tempat curahan hati shill, dijamin hatimu menjadi tenang”


Aku pun tersenyum, lalu menghapus airmataku yang sedari tadi mengalir. Rio pun mengelus rambutku dan tersenyum manis.


“makasih ya” ucapku dan tersenyum menatapnya.


(flash back off)


Kalian tau? Kejadian itu yang sangat ku ingat terus, dimana dia terakhir kali bersikap seperti itu padaku, bahkan kalian pasti tak menyangka kan? Tepat ke 1 tahun hubungan kita, rio malah mementingkan gadis itu,


(flash back on)


Jangan telat datang ya,
ditunggu :D
Love you ..


Pesan singkat yang kuterima di ponselku itu hanya pesan tak berarti bagaikan angin yang selewat. Aku telat 5 menit dari perjanjian jam pada saat itu, aku rela berlarian di tengah derasnya hujan menuju ke rumah pohon yang memang letaknya lumayan jauh dari rumahku, aku terus berlari, tak memikirkan apakah aku akan sakit nantinya, aku hanya memikirkan takut rio akan marah padaku saat itu.


“Rio !” panggilku saat sudah ada diatas, tepat dirumah pohon itu, namun tak nampak wajah ataupun terdengar suara rio sedikitpun, kemana dia? Dia yang katakan aku tak boleh telat karna akan merayakan anniversary hubungan kita, namun, mengapa ia sendiri tak datang?


Aku menunggunya hampir 2 jam, aku terus menunggu, hingga aku pun bosan menunggunya, aku turun dari rumah pohon itu dan memutuskan untuk pulang, masih ditemani derasnya hujan aku berjalan gontai menuju rumah, ditengah perjalanan aku merogoh tas kecil yang ku bawa meraih ponselku yang berdering.


Sorry aku gak jd datang.
Maaf ya.


Aku menghela nafas lalu tak lama mataku mulai mengeluarkan cairan bening itu, aku kecewa sangat kecewa, apa gunanya aku berlarian hanya agar rio tidak kecewa denganku? Ini malah sebaliknya, siapa yang merasakan kecewa itu? Aku , ya aku yang merasakannya.. aku tak memikirkan tubuhku sendiri, hanya untuknya.. aku sangat kecewa.


Aku masih berjalan gontai menuju rumah, namun saat melewati rumah ify tepat rumah sahabatku itu, aku melihat rio disana, sedang tertawa bersama, aku pun hanya menatap mereka lalu pergi dari sana dan kekecewaan ku pun bertambah.



(flash back off)



Sudahlah, tak ada gunanya juga mengingat kejadian2 yang sudah berlalu. Aku sudah mencoba bertahan dan bertahan sejauh ini dengan hubungan yang bisa dibilang bukan seperti ada ikatan hubungan.


Akhirnya aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, dan memutuskan untuk ke kamar dan istirahat untuk menyambut hari esok.



**



“shilla !!” panggil sivia sahabatku sembari berlari kecil menghampiriku.


“apa?” tanyaku padanya.


“kamu putus sama rio ya? Kok bisa? Kenapa?”tanyanya.


Aku menghela nafas, “kamu gak tau vi yang sebenernya terjadi, rio pacaran sama ify sebelum aku putus sama dia, ya udah cukup lama sih tapi sekarang aku gak bsa bertahan sama hubungan itu”


Sivia tersenyum, lalu mengusap bahuku pelan, “hah? Ify ? tega banget.. sabar ya shill.” Aku pun hanya tersenyum padanya.



**



Bbrukk


“au” rintihku, terdengar pula rintihan seorang gadis yang bertabrakan denganku tadi.


“kamu gak punya mata apa? Sembarangan tabrak orang, gatau diri” gertaknya padaku yang membuatku membelalakan mata. Dia yang salah kok salahin aku,.


“kamu boleh bilang aku gak punya mata karna sembarangan tabrak kamu, tapi menurutku kamu gak punya hati, sembarangan ambil cowok orang, impas kan?” ucapku yang akhirnya membuat dia melototkan matanya.


“diem deh, kamu yang ambil rio duluan, kamu gatau kan? Aku lebih dulu menyukai rio sebelum kamu kenal sama dia !! kamu lebih jahat dan gak punya hati !! kamu tau? Aku selama ini bersabar liat sikap kalian bermesraan dihadapanku, tapi akhirnya aku memutuskan untuk merebut apa yang seharusnya menjadi milikku, jangan salahkan aku !!” gertaknya lagi padaku.


“cara yang bagus, aku sekarang gak akan takut sama kamu fy, aku akan ikut merebut apa yang seharusnya menjadi milikku juga, kita bersaing sekarang !” ucapku , lalu ify pun tersenyum remeh kearahku.


“kau yang akan kalah ! dan aku yang menang”


“lihat saja nanti alyssa !” ucapku lalu meninggalkan dia yang masih berdiam diri disana sendiri.


“liat aja ASHILLA, aku bakal buat kamu gax bisa rebut rio kembali, camkan itu !” ucap ify padaku yang sedikit terdengar samar-samar olehku, karna aku sudah mulai menjauh darinya.



**


Jam berdentang, aku pun segera merapikan bukuku kedalam tas lalu meninggalkan kelas dan menuju ke arah kelas sivia. Setelah itu aku dan sivia pun keluar sekolah menuju parkiran sekolah tepat ke tempat mobilku terparkir disana.


Aku menatap via heran karna sedari tadi ia merogoh tasnya, seperti mencari-cari sesuatu, “kenapa vi?” tanyaku.


“aduh shill, ada yang ketinggalan, aku balik dulu ke kelas, tunggu ya” mendengar ucapan via itu aku hanya mengangguk..


Saat aku masih belum masuk kedalam mobil, karna aku masih mencari-cari kunci mobil sembari merogoh tasku, tak disadari ternyata aku berdiri tak terlalu pinggir, alhasil, aku merasa tubuhku terserempet sebuah mobil, namun mobil itu tak terlihat olehku, karna pandanganku seketika membuyar menjadi samar2..


Terdengar suara Rio yang seperti marah2 pada sosok gadis yang tidak ku ketahui wajahnya, namun rio menyebutnya dengan sebutan ify.


“kamu tega ya fy, kenapa kamu sengaja tabrak shilla? Salah shilla apa?” itulah yang terdengar olehku sedangkan di sisi lain ku mendengar suara tangisan sivia.


“aku takut yo, dia akan rebut kamu dari aku !” suara ify pun tersengar sedikit samar olehku.


“kamu salah, dia gak akan rebut aku dari kamu, melainkan aku yang akan bilang putus sama kamu fy, tanpa shilla merebutku dari kamu, kita PUTUS” ucap rio dengan menekan nada suaranya sedikit dinaikkan dan terdengar membentak ify.


Tak lama, aku mengerang kesakitan dikepalaku, pusing, sakit, atau mungkin karna benturan yang terjadi, “kamu gak apa-apa shill?” suara bertanya rio itu masih terdengar namun semua tiba-tiba menjadi gelap gulita.



**



Kepalaku masih sakit, aku pun membuka mataku sembari memegang puncak kepalaku yang sepertinya dililit dengan perban.


“kamu gak apa-apa kan shill?”


“aku dimana?”


“kamu dirumah sakit shill, o ya shill maafin aku ya!”


“ngapain kamu disini sih yo? Masih peduli sama aku?” ucapku.


“masihlah shill, maafin aku ya aku udah bikin kamu kecewa !”

“kekecewaan akan selamanya ada Rio, dihati .. dan kekecewaan yang kamu ciptain itu akan membekas selamanya dihatiku, kamu tau? Terlalu sakit yang selama ini kurasa..”


“aku tau shill, maka dari itu aku mohon, maafin aku, aku mau kembali sama kamu !”


“aku akan maafin kamu tapi aku mohon, jangan lagi !”


“iya, aku janji gak akan seperti itu lagi” ucap rio sembari tersenyum ke arahku dan memelukku, aku pun ikut tersenyum simpul.


Aku akan memberikan kesempatan untukmu kasih,
Namun jika kamu mengecewakan aku untuk kedua kalinya,
Dan menyianyiakan kesempatan untukmu.
Mohon maaf, aku tak dapat lagi menerimamu.
Maka, aku mohon, jangan lagi rio, jangan lagi.










-The End-


0 komentar:

Posting Komentar