My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Senin, 01 Agustus 2011

Cinta dan Bintang (part 1)


“maafin mama vin!” lirih seorang wanita yang tengah duduk bersama diranjang tidur alvin. Sepertinya mereka tengah membicarakan sesuatu yang serius.


Alvin tak merespon sama sekali ucapan itu. Ia malah menunduk, fikirannya kacau. Ternyata ada sebuah realita yang disembunyikan bertahun-tahun dalam keluarga itu. Alvin bahkan tak menyangka seperti itu lah realita yang sebenarnya.


“tolong keluar dulu! Alvin mau sendiri!” alvin pun mengucapkan itu lalu menarik selimutnya dan berbaring menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Wanita yang adalah mamanya itu akhirnya keluar dan membiarkan alvin sendiri dan menenangkan dirinya.


Shilla yang kebetulan baru saja keluar dari kamarnya, melihat mama alvin keluar dari kamar alvin sembari menangis pun ingin menghampirinya namun tantenya itu sudah melesat dahulu ke lantai bawah. Shilla pun bingung sendiri. Apa yang terjadi ?. ia pun memutuskan untuk ke kamar alvin.


Ia memegang kenop pintu lalu membukanya dan melihat alvin yang berbaring ditutupi dengan selimut. Terdengar pula suara isakan tangis alvin. Shilla semakin penasaran. “vin!” sapa shilla sembari duduk dipinggir ranjang alvin itu.


Perlahan selimut itu pun terbuka, nampak seorang pemuda dengan wajah yang sembab karna menangis. “kenapa ? ada masalah ?” tanya shilla hati-hati. Namun alvin tak menghiraukannya. Ia kembali menutup seluruh tubuhnya lagi.


“mending lo pergi ! gue pengen sendiri dulu shill !” ucapnya yang sedikit terdengar samar. shilla menghela nafas lalu beranjak keluar kamar alvin itu..


*


“kamu sakit ?” tanya shilla pada alvin yang ternyata belum terbangun beranjak dari tidurnya. Alvin hanya diam. Shilla pun memegang kening alvin. Ia pun merasakan tubuh alvin panas. “kamu panas. Istirahat aja ya. Nggak usah sekolah!” ucap shilla lagi lalu beranjak ingin keluar kamar alvin.


“lo nggak papa berangkat sendiri?” shilla tersenyum dan mengangguk lalu ia pun keluar kamar dan pergi kesekolah


*


“hei shill. Tumben dateng jam segini !” ucap gadis yang sebangku dengan shilla.


Shilla tersenyum lalu menjawab, “alvin sakit, jadi aku naik taxi. Jadi agak telat !” jelas shilla dan gadis itu mengangguk faham. “o ya. kamu kenapa sih fy? akhir-akhir ini beda banget sifatnya!” lanjut shilla yang membuat gadis bernama ify itu sedikit tersentak.


“nggak papa kok.!” jawab ify gugup dan Shilla hanya ber’oh ria ketika mendengar jawaban ify.


*


Aku nggak tau .. ini takdir rio ..


Pesan itu baru saja ify kirimkan pada pemuda bernama rio. sebenarnya, apa hubungan rio dengan ify ? mengapa sifat mereka beda akhir-akhir ini ?


Namun saat ify benar-benar menunggu balasan. Rio tak kunjung membalasnya. Rio malah asik termenung dipojokan kamarnya. Dengan gitar berada dipangkuannya.


“kenapa harus begini!” gumam rio yang masih termenung. Kejadian itu, kejadian saat itu membuat rio masih membenci gadis itu sampai detik ini .


Maaf, aku mohon !! ini bukan salahku rio.


Gadis itu kembali mengirimkan pesan. Rio melirik ponselnya sebentar, namun ia mengabaikan pesan itu saat mengetahui siapa pengirimnya.


Akhirnya rio pun membalas pesan itu walau sedikit ragu. “sudahlah, lupakan!” hanya itu yang rio ketik di pesannya. Ify yang menerimanya sedikit merasa kacau. Ia bingung harus bagaimana lagi.


*

“istirahat ya !” ucap shilla saat menyelesaikan membantu alvin meminum obatnya.


Dengan posisi masih berbaring alvin menyeka tangan shilla saat shilla hendak keluar kamar. “jangan tinggalin. Temenin ya! Please!” ucap alvin dengan manjanya.


Shilla mencibir. “klo sakit, manja ya!” ucap shilla lalu mengurung niatnya untuk keluar, dan kembali duduk disofa dalam kamar alvin.


Vin, kamu kemana sih? Kenapa td nggak sekolah?


Tertanda pengirim pesan tersebut adalah zevana yang memang statusnya kekasih alvin, namun alvin tak mencintainya lagi. Entah kenapa, atau mungkin karna sikap zevana yang ke kanak-kanakan.


Alvin meraih ponselnya, lalu mendesah saat melihat pengirim itu. “siapa?” tanya shilla yang saat itu menatap alvin seperti kesal.


“nenek lampir!”


Shilla membelalakan mata. “ha. Nenek lampir? Ada-ada aja. Mana mungkin!” ucap shilla sambil tertawa kecil.

“ih beneran. Nih liat aja!” ucap alvin lalu membiarkan shilla melihat pesan itu.


Shilla menggeleng, “gitu-gitu kan juga pacarmu !” shilla pun beranjak dari duduknya dan melangkah keluar kamar alvin.


“mau kemana?” tanya alvin. Shilla pun terhenti.


Tersenyum lalu menjawab. “mau kekamar!” dan melesat segera kekamarnya yang tepat disamping kamar alvin.


*


“ify !”


Gadis yang disapa ify tadi menghapus airmatanya saat mendapati seorang pemuda tengah berdiri mematung disampingnya.


“ ngapain disini?” tanya pemuda itu, ify pun membenahi posisi duduknya.


“lagi liat bintang!”


Kata itu menyihir rio lagi. Rio tahu, mengapa saat itu ia kagum pada shilla walau hanya dengan mengucapkan kata itu. Rio teringat kembali, ucapan ini pernah diucapkan gadis disampingnya itu.


“kamu muna tau nggak fy!” ify sedikit terpelonjak, namun kni malah mengerutkan dahi saat mendengar ucapan yang diutarakan rio.


“maksudmu?” ify malah mengutarakan kata itu. Walaupun ia menyadari diri sendirinya adalah gadis yang muna. Sangat muna.


Rio tersenyum miring. “aku yakin kamu tau maksud aku fy!” ify tertegun. Bibirnya kaku tak mampu berbicara. Tubuhnya pun melemas. Ia benar-benar terkurung dalam diam. Tak bisa berbuat apa-apa.


“kamu tuh jahat dan muna!” lanjut rio lagi.


“Diem yo! Diem!”


Rio tersenyum miring. “tuh kan. Kamu ngelak kan? Berarti yang ku omongin bener kan fy?”


“klo kamu belum mau maafin aku, jangan gini caranya. please!” ucap  ify lagi. Mungkin fikirannya mulai kacau. Pemuda dihadapannya ini seperti menghakimi saja.

“aku udah maafin kok. Cuma aku nggak suka cewek muna!” ucap rio lalu melewati ify dengan senyum manis paksaan.


*


“Stop!”


Langkahnya terhenti, Shilla pun menoleh ke arah pemuda yang menyegat-nya itu. Pemuda itu pun tersenyum manis. “mau pulang bareng?” tawarnya yang mungkin diartikan dengan ajakan. “udah jangan mikir lama, ayo!” pemuda itu malah menarik shilla yang belum menjawab sama sekali.


Sepasang mata bening, menatap mereka diam dengan halangan sebuah dinding. Hatinya menjerit, bisa dikatakan ia tak menyukai kedekatan pemuda itu dengan teman sebangkunya. Ia pun menitikan cairan bening dari mata indahnya dengan tak sengaja. Ia pun berlari menjauhi tempat itu untuk tidak melihat kedekatan mereka lagi.


Aku akui, aku emang muna.


Gadis itu pun mengirimkan pesan pada pemuda yang dilihatnya tadi. Disisi lain, pemuda itu tersenyum saat membaca pesan itu. Namun saat melihat paras gadis disampingnya ia malah menjadi bimbang. Entah kenapa.


Baguslah klo dah mau ngaku!


Rio membalas pesan itu. Gadis yang menjadi penerimanya malah berdecak. Sebenarnya pemuda ini bagaimana sih? Mau membuatnya senang? Atau membuat harapan kecil namun tak terwujudkan dihatinya, hingga kecewa? Sungguh menyebalkan.


“kamu udah pernah punya pacar shill?” rio memecahkan keheningan yang terjadi didalam mobilnya itu.


Shilla yang tengah asik memainkan ujung roknya kini membelalakan matanya. Haruskah ia menguras masa lalunya lagi? Tak apalah hanya untuk sekedar bilang iya. “iya.pernah” jawab shilla parau.


“oh ya? Cinta pertamamu siapa?”tanya rio lagi. Shilla berdecak. Mengapa juga pemuda ini terus mengorek-ngorek masalah percintaannya? Berhubungankah dengan pemuda itu ? sepertinya tidak.


“Riko !” ujar shilla lirih, ia pun menunduk. Rio yang melihat perubahan raut shilla pun semakin penasaran dan ingin bertanya kembali.


“kenapa? ada sesuatu ya? Atau tadi aku salah ngomong ya?”


Shilla menggeleng pelan. “nggak.!” Lalu terdiam. Hingga mobil rio sudah nampak didepan gerbang rumah alvin yang juga sudah menjadi rumahnya.


*


 “baguslah kemaren kmu dah mau ngakuin klo kmu itu muna!”


Ify mengerutkan dahinya. “trus klo udah ngaku kenapa?” tanya ify. rio kini terdiam awalnya ada suatu rencana setelah ify mengakuinya. Namun akhir-akhir ini rencana itu malah musnah seketika. Rio sendiri pun bingung dengan dirinya, mengapa menjadi bimbang seperti ini.


rio pun menggeleng. “nggak papa. Cuma mau kmu ngaku aja kok!” ujar rio santai namun membuat hati ify melebur seketika.


Ah. Rio selalu saja seperti itu. Menaruh harapan kecil dihati ify, namun harapan itu tetap saja kecil dan tak tumbuh menjadi kenyataan. Hati ify selalu seperti itu. Tak peka kah dia terhadap perasaan ify selama ini? ataukah hatinya peka namun ia malah menjadi muna juga?


“kamu kenapa sih yo!” lirih ify yang mungkin tak mampu lagi dipendam dalam hati. Mungkin juga inilah waktu yang tepat dimana pemuda itu harus tau apa yang selama ini dipendam.


Rio menunduk. Ia tahu kalau dia sudah menyakiti hati gadis dihadapannya itu. “maafin aku fy! aku Cuma bimbang, gatau kenapa!” kalimat itu entah kenapa malah terlontar dari mulut rio.


Ify yang mendengarnya saja sedikit terpelonjak. Ucapan rio benar memang sangat nyambung dengan apa yang ingin diutarakannya. Ternyata rio memang sudah mengetahui maksudnya.


Ify tak mampu berkata apa-apa. Ia terdiam. Begitu pun dengan rio. diam mematung.


Diambang pintu, ada sosok gadis yang melihat mereka, dan sedikit mendengar pembicaraan mereka. Namun mereka tak menyadarinya. Gadis itu terdiam menunduk. Merasakan dirinya menegang seketika, dadanya pun terasa sesak. Sebenarnya apa ini ? cemburu kah ? ah. Rasanya tak mungkin. Gadis itu pun akhirnya meninggalkan ruang osis tersebut.


*


Shilla termenung. Benarkah ia cemburu ? tapi mengapa ? toh rio bukan siapa-siapanya. Atau mungkin ia cemburu ?. shilla menggeleng sendiri. Tidak. Tidak mungkin ia jatuh cinta lagi. Pada rio ? ah. Tak mungkin. Shilla terus mengelak fikirannya sendiri. Kini fikirannya kacau.


“shilla !” rio menepuk pundaknya. Shilla sedikit tersentak. Karna orang yang sedang ada di fikirannya itu malah kini mendekatinya. Membuatnya tambah kacau. Shilla menggeser kembali sedikit lebih jauh posisi nya dengan rio.


“kenapa sih shill ? kaya ngejauh gitu. Aku punya salah ?” ucap rio sekali lagi. Namun shilla tak menjawab. Ia hanya menggeleng pelan. “trus kenapa shillaaaa? Jawab dong!” ucap rio -lagi-.  Lagi-lagi shilla tak menghiraukannya. Ia malah berlalu pergi meninggalkan rio sendiri.


*


 “gimana sekolahnya? 2hari gak sekolah bete nih” tanya sekaligus curhat alvin.


Shilla tersenyum. “lho. Kamu kok diluar sih? kenapa gx dikamar?” tanya shilla saat menyadari alvin sedang membaca buku di ruang utama.


Alvin tersenyum juga. “gue udah sembuh. Hehe. Jawab dong Gimana sekolahnya?” tanya alvin lagi.


“sekolahnya masih sama. Masih utuh kok! hahaha!” canda shilla. Alvin mencibir. “bercandaaa. Disekolah asik. Cuma bete dikit aja! Hehe!” lanjut shilla.


Alvin tersenyum jahil. “ada supir baru nih kayaknya. Hahaha!” ledek alvin kini shilla memanyunkan bibirnya. selalu saja seperti itu.


“dia kok yang nawarin!”


“suka kali dia sama lo!” ceplos alvin sekenanya dan seasal-asalnya. Namun membuat shilla sedikit tersentak. Walau ia tau alvin sedang bercanda. Ada suatu harapan dalam diri shilla. Namun segera dibuangnya harapan itu.


*


“klo kamu dikasih satu mata lagi sama tuhan. Kamu mau ditaruh dimana mata itu?” ucap rio seakan memberi teka-teki yang ada pada pertanyaan yang diutarakannya itu.


Shilla berfikir sembari mengerutkan bibirnya lantas menjawab setelah selesai berfikir “aku taruh dibagian belakang kepalaku. Karna jika ada yang dibelakang. Aku bisa melihat mereka, klo kamu?” ujar shilla lalu menampakkan senyum termanisnya.


Rio tersenyum. “kamu kurang pandai! Kalau aku, aku akan taruh mata itu dijari telunjukku. Karna dengan itu. Aku bisa melihat apapun dibagian mana saja!” ucapnya dengan pandai. Shilla tersenyum kalah. Benar juga yang diutarakan pemuda itu.


“iya juga. Kamu pandai. Aku saja tak kepikiran sampai situ! Hehe!” ucapnya lalu tersenyum. Ify yang tengah melewati taman itu pun menangkap pandangan disana bahwa rio dan shilla –sahabatnya- tengah tertawa, bercanda bersama.


Dia tersenyum lirih. Namun melanjutkan kembali langkahnya.


*


Peri Bintang !!


Rio mengirim pesan itu pada ify. ify yang mendapat pesan itu lantas tersenyum bahagia karna pemuda itu masih mengingat panggilan itu. Panggilan khusus dari rio.


Masih inget peri bintang ? aku kangen kamu yo! Kenapa kamu bimbang? Apa karna ada peri bintang yang lain?


Rio terpelonjak. Benarkah pesan balasan ify itu? Bahwa ia bimbang karna sudah menemukan peri bintang yang lain? Tapi siapa? Apakah gadis itu adalah shilla? Bahkan rio sendiri tak mengerti perasaannya sendiri. Ia bingung. Ia bimbang.


Maaf. bahkan aku sendiri tidak mengerti mengapa aku bimbang.


Ify menghela nafas, dan tertegun. Mungkin memang ia tak bisa mendapatkan hati seorang rio seutuhnya. Walau rio sedikit-sedikit seperti menampakkan suatu harapan kecil.


Tetapkanlah hatimu, mario!!


Balasan ify itu pun mengakhiri acara balas-membalas pesan mereka. Rio tak membalas. Begitu pun ify. ia langsung mematikan ponselnya dan berbaring ditempat tidur. Sedangkan rio asik termenung sendiri sembari duduk dan menatap pajangan botol dengan sebuah pasir pantai dan bintang laut serta beberapa cangkang keong dalam botol itu.


*


“ma. aku nggak benci sama mama! Aku udah terlanjur sayang sama mama! Aku Cuma kecewa, kenapa mama nggak kasih tau ini sama alvin dari awal. Kenapa ma?” alvin terus menampakkan kekecewaannya pada wanita berparas keibuan itu. Wanita itu menangis. Menangis menyesal.


Wanita itu masih menangis, namun alvin tak berkutik. Ia masih terdiam duduk, sembari menunduk. Mungkin ia masih tak menerima realita yang terungkap itu. Namun ya sudahlah, ini memang sudah terlanjur terjadi.


“maafin alvin ma. Alvin Cuma kecewa aja!” ucap alvin sembari memeluk mamanya yang menangis. “mama jangan nangis lagi. Alvin nggak bisa liat mama nangis!” alvin pun menyeka airmata yang mengalir dari pelupuk mata bening mamanya itu.


Mamanya tersenyum, lantas membalas pelukan alvin itu. “mama juga minta maaf. hal sepenting ini, seharusnya mama kasih tau dari awal!” ucap mamanya lalu mencium kening alvin dan meninggalkan alvin keluar kamar. “mama keluar dulu ya!” pamitnya lalu melanjutkan langkahnya dan menutup pintu kamar alvin.


*


Sesampainnya diluar, ternyata ia berpas’pasan dengan shilla di depan pintu yang hendak ke kamar alvin. “tante !” tegur shilla. Tantenya itu hanya tersenyum tipis lalu melalui shilla dan meninggalkan shilla yang masih dengan tanda tanya dikepalanya.


Shilla tak memikirkan tantenya lagi, ia pun meraih kenop pintu kamar alvin. “vin!” panggil shilla. Alvin yang tengah duduk sembari menunduk diranjangnya pun mendongak dan terdiam.


“ada masalah apa sih?! Maaf, bukan bermaksud mau ikut campur, tapi ..” kalimat shilla pun tak terlanjutkan karna telah terpotong oleh ucapan alvin.


“nggak papa. Ini bukan urusan lo!” ucap alvin namun dengan nada lembut. Shilla yang pengertian pun mengangguk saja. Ia juga tak ingin terlalu mencampuri urusan keluarga oranglain.


“oh yaudah. Tadi aku kesini mau minta ajarin ini!” ucap shilla lalu tersenyum sembari menyodorkan buku tulisnya yang dikhususkan untuk pelajaran fisika.


Alvin tersenyum, lalu mengisyaratkan agar duduk disampingnya. Dengan tulus pun alvin mengajarkan shilla yang sedikit tidak mengerti dengan beberapa rumus yang ada pada pelajaran fisikanya dibab sekarang itu.


“udah ngerti?”


Shilla mengangguk cepat. “udah. Makasih ya!” ucap shilla dan alvin mengangguk.


*


“udahlah. Kenapa lo masih ngarepin dia fy? dia nggak pantes dapetin cewek sebaik lo!” ucap seorang pemuda dari arah belakang ify lantas ify pun menoleh. Lalu menunduk terdiam.


Ify menghela nafas, “aku dah terlanjur sayang sama dia. Dan masalah yang ini, aku yang salah!” ucap ify mungkin membela rio. agar pandangan rio dimata pemuda itu bukan rio yang jahat ataupun yang lainnya.


“sudahlah. Percuma juga gue ngasih tau lo terus! Lo emang keras kepala!” ucap pemuda itu lalu meninggalkan ify sendiri yang masih tetap pada pendiriannya bahwa ia akan menunggu rio sampai kapanpun. Dan hatinya, akan selalu untuk rio!


*


Alviiin!! Kamu kemana? Daritadi aku tungguin -,-


Raung seorang gadis dengan memberi pesan pada alvin. Alvin yang mendapatkan pesan itu membelalak. Ia lupa dengan janji yang telah dibuatnya.


Maaf, lupa. Nanti sebentar lagi aku kesana. Tunggu ya!


Ia pun membalasnya lalu meraih jacketnya dan kunci cagiva’nya dan cepat melandas ke tempat yang ditujunya dan tak lama pun ia sampai dan melihat gadisnya itu masih ditempatnya, sembari memandangnya yang baru saja datang dengan ekspresi wajah yang kesal dan mungkin jenuh.


“lama banget sih!” gerutu gadis itu. Ia pun lantas memeluk alvin yang sudah ada dihadapannya itu.


Alvin pun tanpa basa-basi lantas duduk disofa cafe itu dihadapan gadisnya itu. “maaf lama. Tapi aku kesini Cuma mau bilang sesuatu!” ucap alvin yang masih duduk disofanya. Gadis yang bernama zevana itu hanya memandangnya dengan tatapan biasa.


“apa?”tanya zevana saat ucapan alvin tak kunjung terdengar lagi.


“aku mau kita putus!” wajahnya masih terlihat dingin. Tak ada ragu ataupun rasa apa saat mengutarakan itu.


Zevana yang mendengarnya menggeleng tak percaya. “nggak! Aku nggak mau putus sama kamu vin. Aku mohon!” rajuknya. Ia meraih tangan alvin dan memasang tampang memohon.


“maaf! kmu udah berubah zevana! Sifatmu makin kekanak-kanakan. Dan aku tak suka itu!” ujar alvin lalu beranjak dari posisi duduknya dan melangkah keluar cafe tersebut dan cepat melaju dengan cagivanya.



0 komentar:

Posting Komentar