My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Senin, 01 Agustus 2011

Cinta dan Bintang (part 4)


Malam berlalu .. dan hari berganti .. sang mentari sudah menampakkan sinarnya. Seorang gadis yang masih dengan malas bangun pun melangkah gontai ke arah kamar mandi di pojokan kamarnya.

“Ify ..ayo bangun! gabriel udah ada didepan!” teriak mama ify dari bawah, ify yang kebetulan sudah siap untuk berangkat pun segera keluar kamar lalu menghampiri mamanya dan gabriel yang tengah bercakap-cakap diruang utama.

Gabriel beranjak. “udah siap fy?” ify mengangguk lalu tersenyum. Akhirnya mereka pun berpamitan pada mama ify. lalu berangkat ke sekolah bersama.

*

“udah siap?”

Ify mengernyit. Gabriel menanyakan siap untuk apa?  “maksudnya?” tanya ify.

Gabriel melengos. “udah siap liat mereka berduaan nanti ?” ucap gabriel lagi dengan penjelasan namun bertanya juga.

Ify menghela nafas. Menunduk dan terdiam sejenak. “aku .. aku nggak tau !” jawab ify bergetar. Ia pun meneteskan airmatanya.

Gabriel mengulurkan tangan kirinya untuk mengelus puncak kepala ify. karna satu tangannya harus mengendalikan kemudi mobilnya. “kamu nggak boleh rapuh. Kamu harus kuat dan siap fy. karna rapuh itu bukan kamu fy. yang aku kenal itu ify yang tegar dalam segala hal.!” Ucap gabriel lalu kembali fokus pada kemudinya.

Ify menangis dalam diam. ‘harusnya memang begitu yel. aku emang selama ini kuat dan mencoba tegar. Tapi aku juga wanita, yang suatu saat bisa tak tahan terus mencoba tegar.’ Jawab ify yang memang mungkin hanya didalam hatinya.

Akhirnya beberapa menit kemudian, gerbang sekolahnya sudah nampak didepan. Dan akhirnya mereka pun tiba disekolah.

Saat ify ingin membuka pintu mobil gabriel untuk beranjak keluar, gabriel menyeka satu lengan ify. ify pun terhenti lalu menatap gabriel dengan sebuah pertanyaan –kenapa-

“kuatkan hatimu. Aku tau kamu bisa. Tapi jika kamu memang tidak bisa. Segera pergi padaku, aku akan menemanimu untuk menangis alyssa !” ucap gabriel tulus. Ify pun tersenyum manis lalu mengangguk. Dan akhirnya ia pun keluar dan melangkah terlebih dahulu ke dalam sekolah.

*

Langkah ify terhenti diambang pintu. Ia menatap ragu siluet pemuda yang tengah tersendiri di bangkunya. Ify pun melihat kesekitar kelas. Hanya ada dia ternyata. ify mencoba berjalan dengan seperti biasa walau ia tau kakinya bergetar gugup.

Ify pun melangkah menuju bangkunya. Lalu melepaskan tasnya dan menaruhnya diatas meja. Di raihnya sebuah novel. Mungkin dengan cara ini lah agar membuat ia tak merasakan gugup karna hanya berdua dengan pemuda itu dalam ruangan itu.

“ass..” ucapan shilla terhenti ketika mendapati dua insan diam mematung dengan pekerjaannya masing-masing. Shilla tau mereka tengah menutup-nutupi kegugupan masing-masing. Terutama ify, sangat terlihat dari wajahnya ia gugup, terlebih ketika shilla memasuki ruangan itu dan duduk disebelahnya.

Shilla tersenyum, ify juga membalas senyuman itu walau getir. Setelah menatap ify, ia segera memalingkan wajahnya ke arah rio yang tengah sibuk berkutik dengan buku dan penanya. Sungguh shilla bingung, ia terlibat dalam kehampaan itu. Ia bingung jika ingin berbicara, karna terlihat jelas. Rio dan ify sama-sama asik sendiri. Dan mungkin pasti akan mengabaikannya jika ia berbicara.

*

Seluruh siswa berhamburan keluar kelas dengan melangkah menuju kantin. Begitu pun dengan ify. namun rio dan shilla masih sibuk membereskan buku kedalam tasnya.

Rio beranjak, sembari membenahi seragamnya yang agak terlihat sedikit tidak rapi. Lalu ia melangkah menuju meja shilla. Ia tersenyum, begitupun shilla. “ke kantin yuk !” ajak rio, tanpa shilla menjawab, rio sudah menariknya terlebih dahulu.

Sesampainya dikantin, ify menatap mereka getir. Rio dengan tak sadar melewati ify yang duduk sembari terdiam. Namun shilla yang lengannya tengah ditarik rio menyadari adanya ify yang sudah dilewatinya. Rio dan shilla pun akhirnya duduk pada sebuah meja yang tak jauh dari meja tempat ify berada.

Shilla sedikit-sedikit mencuri pandangan kearah ify. ia juga menyadari ify tengah mencuri-curi pandangan kearahnya dan juga rio. shilla juga merasa tak nyaman dengan keadaan seperti ini, yang diam-diaman dengan sahabatnya sendiri.

Rio yang melihat shilla yang seperti sedang tertegun pun menatap mata gadis itu lekat. “kenapa shill,?” tanyanya.

Shilla tersentak. Lalu menatap pemuda dihadapannya itu. Lalu ia pun menggeleng. “nggak papa” jawabnya pelan. Rio hanya mengangguki ucapan itu sebagai tanda mengerti.

*

Kamu marah ya fy sama aku ? maafin aku -,- aku nggak bermaksud buat nyakitin kamu :’(

Shilla yang tengah didalam mobil rio di perjalanan mengetik pesan itu saat menyadari seharian ini ia belum bercanda ataupun berucap bersama ify sepatah katapun walaupun ia sebangku dengan ify dikelas.

Sebagai penerima pesan itu, ify hanya tersenyum getir namun ia mencoba berfikir dan terus merapal, bahwa ini bukan salah shilla. Ini salah hatinya. Mengapa ia dulu membuang rio begitu saja dan menjadi orang paling muna karna berpura-pura tak mencintainya. Sekarang saat rio menemukan gadis lain yang bisa mengisi hatinya. apa rio salah ? atau gadis itu yang salah ? jelas bukan. Ini salahnya. Salah ify. ia terus merapal bahwa ini sepenuhnya salahnya dan ia hanya merasakan karma. Benarkah ? mungkin -,- .

 Nggak kok :) jgn ngerasa bersalah ya shill. Ini bukan salahmu :)

Ify tersenyum disela tangisannya, dan disela luka hatinya. Mungkin ini memang takdirnya, untuk tidak bersama rio kembali.

Gadis bernama shilla itu beranjak meraih ponselnya yang ditaruhnya di meja. Ia pun membuka pesan tersebut. Lalu terlihat semburat senyum tipis diwajahnya.

Kamu memang gadis yang baik ify .. skali lagi maaf :(

Ify menghela nafas. Sudah berapa kali sepertinya gadis itu berucap maaf?  rasanya udah lebih dari 10kali.. seketika ia tertawa kecil sendiri.. lucu juga rasanya.. entah kenapa! mungkin sekarang lukanya sudah membaik, dan ia sudah bisa tertawa lagi.

Shilla, kamu minta maaf udah lebih dari 10kali lho! Kan udah aku bilang, jangan minta maaf. hahahaha.. pengen ngakak lho aku liat kamu minta maaf. bawa enjoy aja shill. Anggap aja masalah ini nggak ada.. dari pada ngehancurin persahabatan kita. Ya kan?

Shilla benar-benar takjub. Ify memang gadis berhati tulus. Shilla juga tahu, ia sebenarnya rapuh saat ini, tapi ia mencba tegar. Selalu saja ify seperti itu. Ify memang hebat. Rasanya shilla menjadi sahabatnya saja, sudah bangga.

Hahaha.. iya deh. Tapi jangan jauhin aku ya fy. aku takut nggak punya temen -,-

Ify tertawa lagi. gadis dihadapannya itu sepertinya bisa meredam lukanya itu. Entah kenapa.

Iya. shilooonnggg :D

Balasan pesan itu mengakhiri sms’an siang itu. Mereka pun istirahat karna baru pulang dari sekolah.

*

“eitss.. tutup mata dulu dong! Jangan dibuka ya. Klo dibuka, aku ngambek!”

Perintah itu akhirnya gadis turuti. Gadis dengan memakai dress biru muda selutut dan mengenakan bandana biru juga terlihat sangat simple namun terlihat sangat menarik. Ia terdiam dengan posisi duduk, lalu membuka matanya ketika pemuda yang dibelakangnya itu memberi perintah.

Gadis itu mengulum senyum. “cantik !” ucap gadis itu ketika melihat kalung yang dipautkan dilehernya oleh pemuda itu.

“iya,, apalagi klo kamu yang make.. tambah cantik !” puji pemuda tersebut. Terlihat semburat merah pada gadis dihadapannya itu. Senyum-senyum malunya telah ditunjukkan. Pemuda yang melihatnya pun ikut tersenyum ...

“gombal deh !” gadis itu memukul bahu sang pemuda.

Ia tersenyum jahil. “ih tapi kan beneran shill. Jangan mukul dong !”

Shilla tersenyum malu lagi. “lagian kamunya gombal !”

*

Ify terdiam dipojokan kamarnya sembari memeluk sebuah boneka teddy bear. Pikirannya terus terpaku pada seorang pemuda yang mungkin kini entah kemana. Karna ia tak tahu. Mungkin ini adalah malam yang paling sepi dari malam-malam biasanya. Walaupun ini adalah malam minggu, malam dimana semua pasangan kekasih berduaan.

Ify meraih cardigannya yang tertengger di dinding kamarnya .. lalu melangkah keluar kamar dan menuju ke arah taman samping rumahnya.

“bintang. Kamu pasti tahu apa yang ku alami saat ini. kamu pasti masih ingat kan dengan siapa biasanya aku ke taman ini dulu ? mungkin aku tak akan pernah melihatmu bersamanya lagi !” ify tersenyum getir. Ia terus bercerita pada benda langit diatas sana dengan gumamannya.

Ia menangis lagi, memeluk kakinya dan menenggelamkan kepalanya disela kakinya itu. Sesaat ia menatap kearah bintang lagi dan tersenyum nanar. “aku kangen candaan dia!” tatapan nya terus terpaku pada satu bintang yang paling terang diatas langit.

“Peluk fy .. untuk terakhir kalinya !” ucap seorang pemuda dari belakang ify. ify menoleh dan langsung menunduk setelah ia tersenyum. Karna mendapati seorang gadis disamping pemuda itu. Ify masih terdiam di tempatnya. “ayo fy. peluk aku. Katanya kamu kangen !” ify memandang shilla tak terlihat kecemburuan sedetikpun. Ia malah senyum dan memberi isyarat agar ify mau.

Pemuda yang bernama rio itu menatap shilla sebentar, shilla mengangguk saja karna mengerti arti tatapan rio. rio pun melangkah ke arah ify lalu meraih kedua pundak ify dan membuatnya merubah posisi menjadi berdiri “tatap mata aku fy!” ify pun dengan ragu menuruti perintah rio.

“kalo kamu kangen sama aku. Peluk aku dan setelah itu, relakan aku jadi pacar shilla dan kamu harus siap Cuma jadi sahabat aku. Mau ?”

Ucapan rio itu hanya diangguki oleh ify sambil meneteskan airmatanya. Rio pun merengkuh ify ke dalam pelukannya. Shilla tetap tersenyum, ia tak boleh merasakan cemburu sedikitpun trhadap adegan dihadapannya itu. Tak boleh shilla. Shilla terus merapal dalam hati.

“jangan nangis lagi ya fy!” rio melepas pelukannya lalu merangkul ify melangkah mendekati shilla. Rio pun juga merangkul shilla dengan tangannya yang satunya.

*

Shilla menghela nafas lalu membuka kenop pintu rumah. Ia pun masuk lalu melihat semuanya tengah terdiam mematung ktika shilla memasuki rumah. “kenapa sih ? kok diem ?” tanya shilla heran.

Alvin pun beranjak dari sofa ruang utama itu lalu berlari menuju lantai atas, tepat ke kamarnya. Shilla masih terdiam heran diambang pintu. Menatap omanya dan tantenya yang tengah terdiam juga. Dan raut wajah tantenya itu yang terlihat murung.

“kamu abis dari mana sayang? Sini kesini! duduk disebelah oma!” wanita lansia yang terlihat masih kuat itu menyuruh shilla menghampirinya. Dengan langkah pelan shilla pun menghampiri oma nya.

Oma membelai rambut shilla. “kamu tuh abis darimana sih?” tanya nya ramah pada cucu yang tengah duduk disampingnya itu.

Shilla tersenyum. “abis ketemu rio oma!” ujar shilla jujur sembari menyunggingkan cengirannya.

Omanya belaga menepuk kening lalu terkekeh sendiri. “o iya oma lupa. Malam ini kan malam minggu. Pantes cucu oma ini dandan cantik. Abis kencan sama pacar toh!” goda omanya yang membuat shilla pucat pasi karna malu .. namun terlihat semburat merah dibagian pipinya.

“ih omaa!”

Mamanya alvin menatap adegan ke’akraban kedua nenek-dan-cucu itu .. sedikit merasa iri karena alvin tak pernah diperlakukan seperti itu oleh omanya. Bahkan tadi saja mendapat cercaan dari omanya sendiri.

*

Pagi yang cerah untuk hari yang baru .. seorang gadis melangkah pelan menuruni undakan tangga rumahnya. “morning ma, pa!” sapanya pada kedua orangtuanya di meja makan .. ia pun ikut duduk bersama.

“sivia, kamu nanti mau masuk sekolah mana?”

Gadis itu menatap ayahnya yang bertanya itu dengan datar, lalu dengan santainya menjawab. “satu sekolah sama alvin. Gapapa kan ma? Pa?”

Kedua orang yang dipanggil ‘ma’ dan ‘pa’ olehnya pun hanya menyahut dengan anggukan. Gadis bernama sivia itu tersenyum tipis.

Tak lama,

“sivia !” seseorang dari luar yang suaranya sangat ia kenali seperti memanggilnya. Gadis bernama sivia yang merasa dipanggil pun melesat ke arah ruang depan lalu didapatinya alvin tengah berdiri diambang pintu.

“eh alvin!” sivia tersenyum senang.

Alvin juga menunjukkan senyum coolnya. “mau ikut aku nggak vi? Kita ke taman bunga di dekat kompleks ini. naik sepeda. Udah lama lho kita nggak kaya gini!” ajak alvin, sivia pun memikir sebentar lalu mengangguk.

Alvin pun langsung menariknya keluar lalu menyuruh sivia untuk duduk diboncengan sepeda belakang. Dengan sengaja alvin menunjukkan atraksi yang memang sejak kecil sudah diketahui sivia. Alvin mengendarai sepeda sembari melepas kedua tangannya. “aku lepas tangan dong vi. Keren kan?”

Sivia membelalakkan matanya lalu memeluk alvin erat. “aahh alvin, aku takutt.. jangan dilepas dong tangannya!”

Alvin tersenyum jahil .. “nggak ah” tolaknya. Agar sivia terus memeluknya seperti itu.

“aahh alvin mah.. berenti .. aku takuttt .”

Alvin tertawa kecil, lalu kembali mengendarai sepeda itu dengan dua tangannya lalu berhenti. Dan turun dari sepeda tepat didepan bangku taman itu. “seru kan vi? Alvin hebatkan ?” alvin terkekeh sendiri melihat sivia yang terlihat menegang.

“ah. Kamu mah bikin orang jantungan tau. Klo tadi kita jatuh gimana ?” sivia memanyunkan bibirnya.

Alvin tertawa kecil. “jatuh tinggal jatuh. Lagian klo luka, bisa abang alvin obatin kok. ahhaha. “alvin tertawa renyah. Sivia semakin merengut. “lagian sama aku nggak akan mungkin jatuh. Kan aman vi!” lanjutnya.

Sivia mendengus. “kan kalo vin. Aku takut aja klo jatuh. “ ucap sivia dengan gaya ngambeknya.

“ iya deh maaf. jangan ngambek ya. Senyum dong!” alvin meletakkan kedua ibu jarinya pada ujung bibir sivia masing-masing. Lalu membuat lengkukan senyum diwajah sivia. Siviapun tersenyum dengan sendirinya. “nah gitu dong. Kan kalo senyum jadi cantik!”

*

Pagi yang cerah nih, olahraga pagi yuk keliling kompleks. Ajak alvin juga klo bisa shill.

Shilla menghela nafas lalu membalas pesan yang tertera rio sebagai pengirimnya.

Alvin pergi. Jalan sama sahabatnya. Katanya.

Tak lama balasan dari rio pun datang !

Oh yaudh. Berdua yuk !!

Shilla tersenyum lalu menerima ajakan rio untuk olahraga pagi berdua saja. Saat ia sudah siap pun, ia menunggu rio diambang pintu. “hey. Ayo !” ajak rio saat sudah sampai pada tempat shilla. Shilla pun mengangguk. Mereka pun pergi bersama dengan laripagi.

*

“shilla. Rio.!” batin alvin kalut saat mendapati rio berlarian dengan shilla berduaan melewati taman kompleks itu. Raut wajah alvin pun berubah seketika. Lantas ia pun berdiri dari posisi duduknya.

Sivia yang melihat perubahan mimik muka alvin itu pun lantas mengernyit. Lalu mengikuti alvin untuk berdiri. “kamu kenapa?” tanya sivia lembut. Alvin masih terdiam menatapi rio dan shilla itu. Sivia mengekori pandangan alvin, tak lama ia tahu siapa yang diperhatikan alvin sedari tadi. Ia tahu, tatapan itu tatapan cemburu.

Sivia kembali duduk. Hatinya kacau seketika. Sepertinya harapannya akan hancur karna gadis itu. Sivia terus merutuk dalam hati. Ia terus menerka-nerka, akankah pemuda didekatnya ini akan menjadi miliknya ? dengan lawan seperti gadis bernama shilla itu. Sivia menggeleng samar. tidak, pasti tidak. Karna tatapan alvin terhadap shilla itu sepertinya sangat salam. Kalau dilihat-lihat. Alvin sangat mencintainya.

0 komentar:

Posting Komentar