My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Sabtu, 20 Agustus 2011

Cinta dan Bintang (part 6a)



Ify melirik jam tangannya sesaat. Lalu kembali terpaku diam didepan gedung sekolah menunggu seseorang.

“ngapain disini fy?” ify pun menoleh lalu tersenyum tipis menatap alvin yang tengah berdiri dihadapannya.

“nungguin rio sama shilla!”

Alvin mengernyit. “kamu nggak ngerasa gimana gitu ? Kok malah kaya ga peduli. Bukannya kamu udh disakiti ya?” ify tersentak. Benarkah gosip tentang dirinya dan juga rio sudah menyebar ke seluruh murid disekolah ? astaga. Ify terdiam sendiri.

tak lama. “ah udah ah.. jangan bahas itu. Aku nggak mau ungkit-ungkit kaya gitu!” elak ify. alvin pun terdiam memandangi raut ify yang terlihat seperti ketakutan.

“yaudah deh fy. aku duluan ya!” pamit alvin. Ify pun mengangguki ucapan alvin itu lalu berlalu pergi. Tak lama, dua orang datang bersamaan hendak masuk ke gedung sekolah. Namun, ify segera menghampiri shilla yang tengah melangkah bersama rio.

“emmhh.. shill, aku mau curhatt.. yayaya!” rayu ify. rio yang tengah disamping ify pun mencibir mengejek.

“anak cewek dasar.. curhaatttt mulu!” komentar rio. ify pun menoleh lalu memanyunkan bibirnya sedikit.

“kamu duluan aja ya yo.. aku mau sama ify dulu!” rio hanya mengangguk mendengar ucapan itu. Lalu rio pun meninggalkan mereka terlebih dahulu..

Saat sudah sampai tempat untuk curhat yang pas. Ify pun mulai cerita. “jadi gini loh shill..........”

*

Rio pun terus melangkah menuju kelas. Saat didepan kelas langkahnya terhenti ketika mendapati seseorang dengan tubuh berpostur tinggi sama dengannya tengah mencegatnya dari ambang pintu.

“mau lo apa sih yel ?” rio mendengus kesal. Rasanya ingin sekali merauk-rauk wajah gabriel didepannya itu. Namun rio segera mengurung niatnya itu rapat-rapat.

Gabriel tersenyum miring. “lo tuh kejam tau nggak. Lo enak-enakan pacaran. Seneng-seneng gitu. Sedangkan lo udah bikin hati ify sakit!” cibirnya. Rio hanya mendengus mencoba sabar dan tetap diam. “untung aja ify udah nggak mikirin lagi. Dan semoga aja shilla nggak jadi korban lo yang selanjutnya!” lanjutnya lagi, lalu dengan sengaja menubrukkan tubuhnya dengan tubuh rio dan melewatinya begitu saja.

Rio berdecak memandangi punggung gabriel yang tengah menjauh. Lalu memutuskan untuk memasuki kelas.

*

Bolehkah aku menentang takdir, tuhan ?
Sungguh, aku tak ingin takdirku seperti ini..
Aku tak mau..

Gadis itu terus berkutik pada note kecil berwarna coklat muda yang memang selalu ia bawa dan dikhususkan untuk menulis segala curahan hatinya dan yang lainnya. Bahkan, ia sampai tak memperhatikan guru yang tengah menerangkan. Teman sebangkunya saja tengah memperhatikan fokus ke arah depan.

Tak lama. “kamu ngapain sih ? kok nggak merhatiin!” tegur teman sebangkunya itu. Gadis yang sedari tadi sibuk menulis note kecil kini menggeleng perlahan. Lalu pandangannya menatap ke arah papan tulis –pura-pura-memperhatikan-.

“kenapa sih? Kok tingkahmu aneh?” gadis itu menyernyit. Benarkah tingkahnya aneh? Bahkan, ia sendiri tak menyadarinya.

Ia menggeleng pelan. “gapapa”

*

Setelah bel pulang sekolah. Shilla dan rio pun keluar kelas bersama melewati koridor sekolah. Namun saat didepan gedung sekolah. Langkah rio dan shilla pun terhenti.

“shill. Pulang sama aku yaaa, mau cerita lagi nih!”  shilla pun terdiam. Lalu menoleh ke arah rio yang tengah menatapnya juga.

“perasaan hari ini banyak banget deh yang nyita waktu gue vin. Tadi pagi ify, pulangnya lo. Ishh!” dumel rio. alvin hanya cengengesan dan shilla tertawa kecil.

“lain kali kan bisa yo. Gue bawa shilla dulu ya!” tanpa persetujuan dari rio, alvin sudah terlebih dahulu menyuruh shilla naik ke cagivanya.

Shilla tersenyum ke arah rio. “aku duluan ya rio!” ucapnya. Rio pun mengangguk.

*

“Mario!”

Langkah rio terhenti ketika mendapati seorang pria dibalik koran memanggilnya. Ia sangat tau siapa pria tersebut. Adrian Haling. Sosok bijaksana namun kadang menjengkelkan. Menurut rio. “eh, papa. udah pulang?” ucap rio basa basi

Adrian pun meletakkan korannya, lalu membenahi letak kacamatanya sejurus kemudian menyerup teh hijau di meja tepat dihadapannya. Dan kini menatap rio yang tengah terdiam berdiri sembari sedikit menunduk.

“duduk!” perintah adrian. Dengan langkah pelan dan gugup pun rio menurutinya dan duduk tepat dihadapannya.

“bagaimana dengan rencana waktu itu?” tanya adrian dengan menatap rio serius.

Sudah diduga, pasti adrian akan menanyakan soal rencana itu. Adakah hal lain yang bisa dibicarakan ? rio merutuk dalam hati. Bingung akan bagaimana.

“besok lusa kita ada pertemuan. Jangan kecewakan papa mario. Ini sudah keputusan keluarga kita dengan keluarga mereka. Jangan menolak!”

Rio mendengus lagi. “aku bingung!” ia pun tanpa basa-basi langsung meninggalkan adrian yang masih duduk diruang tamu, melangkah cepat kekamarnya.

*

Shilla dan Alvin terdiam di ambang pintu. Mendapati omanya tengah menatap mereka tajam. Shilla menunduk begitupun dengan alvin. Mereka pun melangkah sedikit lebih maju.

“kalian pulang bersama ?” tanya omanya. Shilla dan alvin hanya mengangguk.

“kenapa kamu ajak shilla bersamamu alvin? Itu membahayakan untuk shilla” alvin tetap menunduk. Kini shilla mendongakkan kepalanya.

Ia menggeleng cepat. “nggak kok oma. Aku yang minta bareng. Soalnya rio nggak bisa anter!” ujar shilla yang terkesan membela alvin dengan berbohong.

“tapi kan kamu bisa hubungi supir shilla. Jangan sama alvin. Nanti kalau kamu celaka gimana?”

Shilla menghela nafas. Berusaha membela alvin sebisanya. “nggak akan kok oma. Alvin juga bawanya hati-hati. Buktinya aku sampai dirumah dengan selamat kan?”

Alvin pun kini ikut mendongak. Mencibir lalu “omanya aja yang terlalu berlebihan!” dumelnya dengan volume suara dikecilkan. Namun omanya tetap mendengar. Oma pun beranjak dari duduk nya.

“diam kamu alvin!” tangan omanya sudah mengambil posisi untuk menampar alvin. Namun siska selaku mama alvin menyeka tangan omanya itu. Akhirnya oma tidak jadi menampar alvin. “cukup!” bentak siska.

“jangan sakiti alvin lagi. Cukup ma! Cukup mama sakiti batin alvin, tapi jangan sekali-kali tambah dengan sakiti fisik alvin.!” Bela siska. Kini alvin pun membelalakkan matanya menatap siska. Begitupun shilla.

Shilla terdiam. Ia sebenarnya tak ingin berada dalam situasi seperti ini. Ribut, ribut dan ribut. Apalagi hari ini ribut karnanya. Shilla tak suka itu sebenarnya.

“oma, benar kata tante siska. Oma nggak boleh selalu gitu sama alvin” bela shilla. Oma kini menatap shilla tajam.

“masuk ke kamar ashilla. Cepat sana!” bentaknya. Shilla sedikit tersentak. Lalu menunduk. Jujur, baru pertama kalinya ia dibentak oleh oma. Shilla jadi merasa sedikit bersalah. Lalu memutuskan untuk menuruti perintah omanya dan melangkah gontai menuju kamarnya.

Ashilla: kamu kenapa sih? Lagi ada masalah?
Mario: Gapapa kok.
Ashilla: Beneran?
Mario: iya.
Ashilla: kok balesnya singkat mulu sih? Kamu kenapa rio?

Setelah menunggu balasan cukup lama. Ternyata rio malah terlebih dahulu offline tanpa memberitahu, shilla sendiri bingung terhadap perubahan sikap rio. ada apa sebenarnya?

*
Kamar gadis itu terasa hampa dan kosong. Mungkin karna penghuninya tengah terdiam tanpa berkutik, namun sedang berkutat pada majalah yang kini dipangkuannya. Duduk di atas ranjang dengan bantal menjadi penyangga punggungnya

Setelah lama berkutat pada majalahnya, kini ia meraih ponselnya yang bergetar lalu membuka pesan masuk pada ponselnya.

Udah denger kabar ?

Ternyata rio pengirim pesan tersebut. Lagi-lagi ia terdiam sejenak. Memikirkan sesuatu yang kini tengah diingatkan oleh rio. menghela nafas lalu memandangi layar ponselnya ragu. Ingin dibalas atau tidak ?. akhirnya telah lama, ia pun memutuskan untuk membalas pesan tersebut.

Udah..

Singkat, sangat singkat. Setelah membalas pesan tersebut. Ify meletakkan ponselnya pada meja kecil didekat ranjangnya lalu menguap dan merebahkan tubuhnya dikasur sehabis itu menarik selimutnya dan tidur.

*

Aku nggak bisa jemput dulu shill. Maaf.

Shilla mendengus, mengapa akhir-akhir ini sikap rio berubah ? apakah shilla pernah ada salah sebelumnya ? kalau tidak, lalu karna apa ? shilla terus-terus berfikir.

“shill. Belum berangkat?” siska menepuk pundak shilla. Shilla pun spontan langsung menoleh ke arahnya.

Shilla tersenyum tipis. “eh tante. Ia nih, ternyata rio nggak bisa jemput.” Tanpa disadari shilla telah mendumel sendiri. Siska tersenyum lalu memanggil supirnya untuk mengantarkan shilla.

“shilla. Udah sana berangkat. Nanti terlambat lho!” shilla pun mengangguk lalu pamit pada siska sejurus kemudian ia berangkat sekolah.

*

Langkah ify dan rio terhenti diambang pintu. Rio dengan posisi hendak keluar kelas, dan ify dengan posisi hendak masuk kelas. Tatapan mereka beradu sesaat, sejurus kemudian mereka serentak menunduk dan terdiam di depan pintu kelas.

Shilla yang tengah melewati koridor sekolah pun terhenti ketika melihat rio dan ify tengah diam berdua di depan kelas. Sembari menunduk gugup. Shilla terus mengekori mereka, sampai akhirnya merek bubar dengan ify masuk ke kelas dan rio entah pergi kemana.

Shilla pun memutuskan melanjutkan langkahnya lalu masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya. Shilla memandang gadis sebangkunya itu. “lagi ada masalah?” tanya shilla tiba-tiba, pandangannya dalam menatap telaga bening milik ify.

Ify tersentak, lalu kini mengernyit menatap shilla. “maksudmu? Aku lagi nggak ada masalah kok!” kilahnya. Ify pun kini mengambil novelnya dari dalam tasnya, lalu mulai membaca lanjutan yang semalam ia baca.

Saat shilla hendak menanyakan sesuatu lagi pada ify. ia pun melihat siluet rio tengah diambang pintu sembari melangkah menuju bangkunya, melewatinya. Shilla terdiam, rio tak menyapa nya sama sekali. Bahkan tersenyum atau melirik padanya saja tidak. Tumben sekali.

Selama jam pelajaran, shilla terus mencuri pandangan ke arah rio dan ify. terlihat sekali. Keduanya seperti menutup-nutupi sesuatu.

Shilla menggerutu bosan dengan mengetuk meja menggunakan pena yang ia genggam hingga membuat suara ketukan.

TuKk.. tUkK.. TukK..

Ify pun menoleh ke arah shilla lalu menatap shilla heran. “diem napa shill, berisik tau!” dumelnya. Shilla pun semakin merengut.

“kamunya sih!” shilla terus mengetuk penanya pada meja hingga membuat ify yang disebelahnya menjadi sedikit tidak nyaman.

“kok aku sih?”

Shilla menghela nafas, lalu membenahi posisinya sedikit menghadap ify. “kamunya diem-dieman terus. Nggak biasanya. Jadi bete tau!” kini bergantian shilla yang mendumel. Ify tak melanjutkan bicara, kini ia fokus menatap papan tulis dihadapannya.

*

Setelah dipertimbangkan, kini rio memutuskan untuk mengajak shilla kekantin agar menjauhkan shilla dari kecurigaan atau kejanggalan yang terjadi. Rio melangkah pelan mendekati meja shilla yang kebetulan penghuninya belum meninggalkan tempat. “shill. Ke kantin yuk” ajaknya. Shilla mendongak sesaat namun kini kembali sibuk berkutik dengan ponselnya. “shill. Ayoo.. laper nih!” ucap rio lagi. Namun shilla tetap saja tak bergeming.

Setelah lama rio dengan posisi seperti itu. Akhirnya shilla mengeluarkan suaranya. “males!” jawabnya ketus. Rio pun sedikit tersentak. Mengapa shilla berkata ketus terhadapnya ? ini bukan sikap shilla yang biasanya. Rio pun akhirnya meninggalkan shilla untuk keluar kelas sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bingung.

Rio pun asal duduk di dekat ify. ify pun memandang rio aneh lalu melihat ke sekitar, ia tak mendapati seorang gadis bersama rio. “shilla mana?” tanyanya.

Rio masih diam tak bergeming. Raut wajahnya seperti bingung dan sedikit merengut. Apa yang terjadi sih ? ify terus memandang rio heran. Bahkan, saat ify melambaikan tangannya ke hadapan wajah rio saja, rio tetap tak menunjukkan reaksi apapun.

“Rio. kamu kenapa sih ? shilla mana ?” satu, dua, tiga.. rio tetap tak mereaksi sama sekali. Ify semakin bingung.

“kesambet apaan sih ni anak!” gerutunya dalam hati. Ify pun melanjutkan makanannya. Tak lama rio pun melahap makanannya. Lalu setelah makanan mereka selesai dihabiskan rio kini menatap ify dalam.

“fy. shilla kenapa sih?” tanya rio tiba-tiba. Ify kini malah mengernyit lalu ikut menatap rio.

“kenapa apanya ?”

Rio menghela nafas perlahan. “sifatnya beda. Tadi dia berani bilang ketus gitu sama aku!” ujarnya. Ify pun mengerti. Karna ia juga merasakan perubahan sikap shilla.

“aku juga ngerasa gitu yo. Kira-kira kenapa ya?”

Rio mengangkat kedua bahunya dengan memasang ekspresi wajah yang bingung. “nggak tau” jawabnya singkat. Kini pandangan rio fokus kedepan dengan fikiran terus memikirkan shilla.

“jangan-jangan.. shilla udah tau semuanya!” rio dan ify serempak menerka-nerka. Tapi keduanya kembali terdiam. Itu semua mana mungkin ! yang tau masalah itu hanyalah ify, keluarganya, keluarga rio dan juga rio. kalau memang shilla tau. Tau darimana ? serasanya ify dan rio tak pernah memberitahunya.

*

“bagaimana mario ?!” rio pun berhenti melangkah. Lalu menatap pria dewasa berkacamata yang tengah duduk disofa. Rio pun melangkah duduk disampingnya saat mendapat isyarat perintah dari adrian untuk duduk disampingnya.

Rio menghela nafas, takut dan gugup. “aku pasrah. Lagian kalau aku menolak. Itu percuma. Papa pasti nggak akan turuti penolakanku bukan ?!”

Adrian menatap anaknya itu lekat-lekat. “kamu berani bicara seperti itu sama papa?!”

Rio mendengus. “memang kenyataannya bukan? Papa juga sendiri kan sudah tau alasan aku menolak itu. Ini bukan jaman siti nurbaya yang masih ada acara perjodohan. Lagipula aku udah punya shilla pa!” kilahnya.

Adrian menatap rio lebih lekat. Ekspresinya maut, menunjukkan sedikit kekesalam dalam dirinya. “jangan menolak rio. ini sudah keputusan keluarga kita dengan keluarganya!”

“tapi kenapa harus ify?”

Adrian berdecak. “papa rasa ify gadis yang baik. Bukankah kamu pernah bersamanya bukan? why not?!” rio mendengus. Tadi barusan apa katanya ? why not ? ia sama sekali tak mengerti perasaan rio saat ini. Ia berada diambang kebingungan. Haruskah ia meninggalkan shilla untuk masa lalunya demi orangtuanya ? itu tak mungkin.  Jika memang harus, berarti rio akan menyakiti shilla ? itu bisa dibilang hal yang kejam. Menyakiti gadis yang tak bersalah.

“karna aku sudah tak mencintainya lagi!” jawab rio seadanya.

Adrian mengubah posisi menghadap rio sembari membenahi letak kacamatanya lalu melirik jam tangannya dan menepuk pelan pundak rio. “jalani saja. Papa yakin, suatu saat. Kamu bisa mencintainya lagi” ia pun beranjak dari posisi duduknya lalu meninggalkan rio yang masih terdiam ditempat. Setelah sedikit lama, rio pun meraih ponselnya.

Shill. Kita ketemuan di cafe deket rumah ify itu ya. aku juga bakal ajak ify.

Gadis yang menjadi penerima pesan itu kini malah terdiam. Entah kenapa jantungnya malah berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Mengapa ia seperti gugup ? apakah akan ada sesuatu yang akan terjadi ?

0 komentar:

Posting Komentar