My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Senin, 01 Agustus 2011

Kecewa Untuk Kedua Kalinya -,- (cerpen)



Bunyi derit pintu membuatku tersentak, ku menunduk saat mengetahui siluet yang tengah berdiri tepat di depan ruang kamarku, ku dengar derap langkahnya yang terdengar mendekat padaku, namun aku mengalihkan segera pandanganku menghadap jendela. Ku terus menggigit bagian bawah bibirku yang sedikit bergetar, tanganku menggenggam erat tralis-tralis jendela kamarku, aku takut menatap siluet yang sempat membuatku kecewa 2 Tahun yang lalu.



Sedikit tersentak ketika ku rasakan sentuhan tangannya menyentuh pundakku, ingin ku tepis, namun rasanya untuk bergerak saja tubuhku terasa kaku, sejenak seperti melumpuhkan semua organ dalam tubuhku, tulangku serasa seperti dulucuti entah mengapa.



Ku coba menstabilkan nafasku, lalu mencoba menatap mata coklat yang indah dihadapanku kini, Kurasakan kembali rindu padanya, rindu dimana dulu ku pernah menatap dalam mata indahnya itu seperti saat ini.



Dia, Dia yang sempat menorehkan luka-luka dalam di hatiku, yang hingga membuatku kehilangan semangat dalam hidup, pernah ku berfikir tak ada gunanya hidup jika tanpa dirinya.



Ku kembali menghela nafas perlahan, sedikit gemetar saat merasakan degup jantung yang mulai berdebar lebih kencang, “ada apa kau kesini lagi?” ujarku, setelah itu ku menundukkan kembali kepalaku, ragu jika terus menatapnya, luka ini akan kembali menyiksaku.



Sentuhan lembutnya terasa lagi, ia menggenggam kedua pundakku, lalu mengangkat dagu ku agar menatapnya, aku hanya menahan sakit, sakit dalam hati yang dulu ia berikan. Ia memandangku lekat yang membuatku tak mampu lagi menahan air mata, ku lihat ia merogoh saku celananya itu, mengeluarkan sapu tangan abu-abu bermotif kotak-kotak miliknya, dan mengangsurkannya dihadapanku. Ia tersenyum simpul kearahku.



Tak ada niat sedikipun untuk menerima sapu tangan yang ia berikan, tetap saja air mataku nantinya akan jatuh dan jatuh lagi jikalau ia tak segera pergi dari sini, karna semakin aku melihat mata itu, semakin pula aku merasakan sesak yang sangat dahsyat.



Dia meraih tanganku, kurasakan hangat dalam genggaman tangannya, perasaan hangat yang sempat kurasakan dahulu. “apakah kau tak mau memaafkanku?” suara khas dirinya kembali terdengar olehku,  aku hanya menunduk dan menunduk saja, andaikan saja pemuda ini tahu, bahwa aku terlalu kecewa oleh sikapnya saat itu, bahkan hingga sampai detik ini, kekecewaan itu terus menjalar ditubuhku, tepatnya dihatiku.



“kau tau ? kau sudah membuatku kecewa, sangat sulit untuk memaafkannya” ujarku yang dengan sangat terpaksa melawan bibirku yang terus gemetar, dan mataku yang masih terus mengeluarkan airmata.



Tersentak, sangat tersentak ketika ia memaksa memelukku, pelukan hangat itu, kembali memaksaku untuk mengingat masa lalu, masa-masa dimana kekecewaan itu belum hadir.



Jangan, aku mohon jangan pernah menggali kembali luka-luka itu, aku sungguh tak kuasa menahannya, butuh waktu yang sangat lama untuk memulihkan kekecewaan itu, aku mohon jangan kau buat aku merasakan sesak itu lagi, ku mohon.



“aku tahu aku sangat bersalah, tapi tak punyakah sedikitpun maaf untukku?” ujarnya lagi yang terus memandang lekat mataku,



Aku kembali menghela nafas, lagi dan lagi, ku tantang tatapan matanya, melawan tubuhku yang gugup ini, akhirnya aku pun beradu mata dengannya, “tak sedikitpun” jawabku yang singkat namun mungkin menyakitkan untuknya, tapi ucapanku ini sudah pasti tak sebanding dengan ucapannya saat itu, 2 tahun yang lalu.



“aku tahu, kau pasti masih menyayangiku” ujarnya yang seperti memvonis, bukan seperti mengeluarkan pendapat.



“seberapa yakinkah sampai kau berani berbicara seperti itu? Kau tidak bisa mendengar? Aku tadi sudah katakan, bahwa aku masih sangat kecewa” ujarku yang melawan ucapan vonisnya itu.



“aku tahu kau kecewa, tapi aku yakin sangat yakin bahwa kau masih punya rasa padaku, walaupun itu hanya sedikit, aku mohon, buka kembali hatimu”



“kalau aku membuka kembali hatiku, aku yakin semakin banyak kesempatan untuk kau menyakitiku lebih dari yang sebelumnya”



Aku pun memutuskan untuk mendorongnya agar keluar dari kamarku, walaupun sedikit mendapat tolakan dari nya, namun aku tetap memaksanya agar segera pergi menjauh dariku dan tak pernah kembali.




**




Lagi-lagi karnanya aku kembali menangis malam ini, padahal telah lama aku berusaha agar melupakan semuanya dan agar tidak menangis lagi tiap malam, usaha yang selama ini kujalani berhasil, tapi baru saja 1 malam aku tak menangis karnanya, namun pagi tadi, dia kembali, dan akhirnya membuatku menangis kembali.



Ditemani dengan boneka teddy bear dengan ukuran cukup besar, aku masih menangis, ku menekuk lutut dan membiarkannya agar menopang daguku, menenggelamkan semua rasa yang kini kurasakan seiring dengan mengalirnya airmataku.



Ku pernah berfikir, takkan ada lagi airmata, takkan ada lagi kekecewaan, lagi-lagi pemikiranku salah.. ternyata setelah ia kembali, ia telah menggali semua kekecewaan dan airmata yang selama ini ku kubur dengan susah payah.




**




Aku mendengar suara khas dirinya itu dari kejauhan, meskipun jauh namun aku sangat mengenal suara nya, suara yang dahulu pernah mengeluarkan ucapan2 sayang, ucapan memuji, dan terutama ucapan laknat yang menyakitkan itu.



“hei, kau dicari sama rio !” aku tersenyum kecut, saat ternyata seseorang menghampiriku dengan menyebut nama menyelekit itu, ya Rio namanya, Mario Haling. Pemuda yang terlahir dari keluarga haling, keluarga terpandang, namun jabatan keluarga itu tak sebanding dengan sikapnya yang sungguh menyakitkan orang lain.



“suruh saja dia menjauhiku, aku tak mau bertemunya !” ucapku pada gadis yang masih berdiri di depan mejaku, tapi tanpa disuruh, gadis itu malah duduk dikursi tepat disebelah kursi yang ku duduki



“masih kecewa padanya?” ucapnya yang akhirnya memaksaku untuk menatapnya namun aku tak menjawab pertanyaannya dengan mengutarakan sebuah kata, hanya menjawab dengan senyuman.



“aku tahu, kau sangat kecewa padanya, tapi .. itu sudah terjadi dua tahun yang lalu, “ ujarnya lagi yang membuatku merasa bosan. Sangat bosan.



Mungkin jika ini adalah sebuah twitter, aku dan dia akan menjadi TrendTopic dunia ditwitter dan mungkin bisa mendapat urutan ke 3 atau ke 4, karna setiap orang selalu saja membahas tentang aku dan dia. bahkan, mungkin dalam 1 jam sudah 5 orang yang datang hanya untuk menanyakan itu, tentu saja aku merasa bosan.



“Aku mohon, jangan kau membahas ini lagi, aku bosan mendengarnya !” hardik ku yang mungkin membuat dia pasrah dan tak membuka pembicaraan lagi.



Aku merasa lega sejenak saat ia tak membicarakan rio lagi, namun ketika aku menatap kearah pintu kelas, aku menangkap siluet miliknya, jujur siluet itu masih sangat tampan sejak dulu, tak ada perubahan dari ketampanan wajahnya, namun tetap saja rasa kecewa masih menghampiri ketika ia menampakkan wajahnya dihadapanku.



Di sudut mata seseorang, ia seorang yang sempurna, bahkan menurut orang jika memilikinya atau sempat memilikinya adalah suatu keberuntungan, namun aku tak menganggap itu sebuah keberuntungan jika aku sempat memilikinya, karna memilikinya membuatku menyesal akhirnya.



Entah kenapa, jikalau saja aku boleh jujur, aku masih menyayanginya, sangat menyayanginya.. aku tahu aku terlalu munafik, namun rasa sayang ku padanya itu tidak sebesar rasa kecewaku padanya. Aku KECEWA padanya !!



Mungkin semua orang sangat bosan mendengar ucapanku yang selalu berkata ‘aku kecewa’ ‘aku kecewa’ dan ‘aku kecewa’ entah sampai berapa kata itu terus ku ucapkan. Karna mulutku tak bisa berbohong, aku memang benar2 kecewa.




**



“kau tak tahu, betapa menyesalnya aku meninggalkanmu dengan kekecewaan yang membuncah saat itu, selama 2 tahun itu aku terus memikirkanmu dengan rasa menyesal”



Aku hanya menampakkan senyum yang bisa dibilang senyum tak ikhlas, “aku tak peduli” ucapku singkat.



“mungkin hati kau sudah diisi dengan rasa kekecewaan ya? Sehingga rasa sayang yang ada hilang begitu saja untukku” ujarnya yang membuatku tersenyum mungkin sedikit ikhlas karna yang dikatakannya memang menunjukkan fakta yang sebenarnya.


“ya, memang” ujarku lagi yang masih memandang ke bawah tepat memandangi rumput rumput kecil yang ada di taman itu. Dengan jail menggesekkan sepatu ku pada pijakan rumput itu.



“kau sama sekali belum berubah, sedikit pun.. masih cantik dan lebut.. aku benar-benar sangat menyesal telah mengecewakan gadis cantik seperti kau”



“sudahlah, lebih baik kau pergi dari sini,” perintahku padanya, bahkan aku sudah mendorong tubuhnya agar segera menjauh dari tempatku kini duduk.



“ kau tak perlu berbohong dihadapanku, mata tak bisa bohong cantik, aku tahu kau masih menyayangiku !”



“ok, aku menyerah ! aku memang tak bisa menyimpan semuanya ! memang aku masih menyayangi kau Mario haling, tapi kau tahu? Sakit itu masih ada dihatiku, “ ujarku  yang tak bisa lagi menjadi orang munafik.




“aku akan memperbaiki semuanya, aku janji tak akan membuat kau kecewa untuk kedua kalinya, aku mohon terimalah aku kembali !” jujur saja, aku tak bisa menolak permohonannya, rasa kecewa itu memang besar, namun menatap matanya, senyumnya bahkan mendengar suaranya saja hatiku seperti mencair layaknya es yang dipanaskan.



“janji ya, jangan kau ulangi lagi !” ujarku lalu tersenyum simpul memandang profil yang tampan itu,



Rio hanya tersenyum, lalu memelukku, aku pun membalas memeluknya.
Tuhan,
Aku hanya berharap.
Ini bukan keputusan ku yang salah,
aku berharap tak akan ada kecewa untuk kedua kalinya ..




**




Masa-masa indah kembali kudapatkan, hidupku yang selama ini menjadi penyendiri setelah kejadian 2 tahun lalu itu kini hilang, aku kembali seperti dahulu sebelum menerima kekecewaan saat itu.. kembali menjadi ceria, bersama rio.. ya Rio, Cinta pertamaku dalam hidupku.




“tuh kan, apa ku bilang, pasti kau akan kembali bersamanya” komentar gadis yang waktu itu sempat menghampiriku, yang juga merupakan sahabat dekatku, gadis manis baik hati namanya sivia azizah.



Tersenyum renyah, ya tersenyum ketika beberapa komentar terdengar di telingaku, ku mengalihkan pandanganku segera ke arah pemuda yang kini tengah melangkah bersamaku, dia tersenyum aku pun ikut tersenyum, ya sejenak luka-luka itu telah pudar.



“I will always love you Princess”




**




Tiga bulan sudah aku bersamanya, kembali menyongsong hari dengannya, bulir-bulir sayang selalu ada diantara kami, aku memang percaya, rio tak akan mengecewakan aku untuk kedua kalinya, ya semoga saja seperti itu.



Ku langkahkan kaki dengan pasti menuju ke dalam cafe setelah keluar dari mobil, ku buka pintu kaca berwarna hitam itu lalu aroma mocca pun mulai terhirup, ku melangkah menuju meja di pojok cafe dekat dengan jendela, tak lama pelayan cafe tersebut pun menghampiriku, segera ku memesan satu hot moccacino yang biasa ku pesan di cafe ini. Ku melihat ke sekeliling, tumben sekali cafe ini terlihat sangat ramai, beda dari dulu. Memang sih, terakhir ku kesini 2 tahun yang lalu, dan bersama rio pula. Setelah itu, aku tak pernah lagi ke cafe ini, melewatinya saja bahkan tidak pernah.



Ku Raih ponsel ku yang ku letakkan di tas, lalu aku pun segera mengetik pesan untuknya, untuk rio dengan hanya mengetik singkat, “bisakah kau ke cafe sekarang?” ketikku, lalu menaruh ponsel ku dimeja ketika seorang pelayan mengantarkan pesanan yang tadi ku pesan.



Pandanganku tertuju pada sebuah jalan di luar cafe melalui jendela sembari meniup mocca yang masih terasa panas, sesekali ku menghisap moccanya, dan tertuju kembali ke arah jalan itu, saat ku hendak meraih ponselku karna heran belum mendapatkan balasan dari rio, ku melihat sosok pemuda yang sangat ku kenal, sepertinya memang tak asing lagi bagiku.. aku pun memutuskan beranjak dari tempat ku duduk dan menghampiri pemuda itu untuk memastikan pemuda itu benar yang kukenal atau hanya hayalanku saja.



“Rio !” saat ku melihat wajahnya, mataku sontak langsung terbelalak, posisi pemuda itu tengah merangkul gadis lain. mereka sedari tadi terlihat sangat mesra layaknya sepasang kekasih, rio pun berdiri untuk menyamakan posisinya denganku, rio pun menatapku. Begitu juga dengan gadis yang bersamanya.



Gadis itu terlihat bingung, namun aku tak menghiraukannya. “Rio, dia siapa? Kau mengenalnya? Kau siapanya? Kau kekasihnya?” tanya gadis itu menatap rio.



Aku menyadari Rio kaku ketika ingin berbicara, tapi dia tetap saja mengeluarkan kata-kata, “aku juga tak tahu, aku tak mengenalnya, kekasihku hanya kau cha, percayalah !” simple namun menyelekit, ya itu perkataannya yang menyesakkanku. Aku meneteskan airmata ke sekian kalinya.



“kau membuatku kecewa untuk kedua kalinya RIO !”  terdengar suara rintikkan hujan namun ku tetap saja berlari keluar cafe, dan menangis diiringi dengan turunnya hujan.



Ku terus menatap ke arah jendela, menyentuh kaca jendela yang terasa dingin karna hujan, dengan kaca yang mengembun, kutulis “aku benci kecewa” dengan isengnya, sembari menangis menatap rintikkan hujan itu, mungkin supir yang mengantarkanku heran mengapa aku menangis lagi seperti 2 tahun yang lalu, suasana yang sama, saat hujan.




**



Aku berlari sejadi-jadinya melewati undakan-undakan tangga itu menuju kamarku sembari menangis, ku pegang kenop pintu lalu masuk kedalam kamar dan menutup pintu dengan membantingnya, setelah itu aku langsung berlari ke tempat tidurku dan membanting tubuhku ke tempat tidur dan menangis sejadi-jadinya.



Tuhan, ini tak pernah terfikirkan olehku, aku kembali terjerumus kedalam lubang yang sama, aku tak menyangka rio akan berbuat seperti ini padaku, membuatku kembali seperti dulu, menangis, menangis dan menangis lagi .. tuhan, mengapa kekecewaan selalu untukku?




**




Aku menoleh ke arah pintu yang masih tertutup dengan bunyi ketukan seseorang yang menyebut namaku, sosok keibuan yang sangat kusayang. “makan dulu ya sayang, nanti kamu sakit” suara itu terdengar kembali, berkali-kali. Namun ku tak berniat sedikitpun keluar kamar apalagi dengan mata yang masih sembab.



“aku tak mau keluar, aku tak mau makan, biarkan saja aku sakit, bahkan sampai mati, karna tak ada gunanya aku hidup, aku selalu tersakiti dan tersakiti !” teriakku dari dalam kamar dengan posisi yang masih merebahkan diri di tempat tidur.



“kalau kau ada masalah, cerita lah pada bunda, bunda akan membantumu menyelesaikannya, semampu bunda !” ucapnya lagi yang terdengar dari balik pintu kamarku. Aku pun melangkahkan kaki menuju pintu kamar lalu membuka pintu dan langsung memeluk wanita yang kini berdiri dengan tatapan heran dihadapanku.



Sentuhan tangannya di rambutku membuatku sedikit tenang, “ada masalah apa?” tanyanya lalu melepas pelukan ku dan menatapku serius.



Aku menghela nafas, lalu mulai siap untuk bercerita walau singkat namun pasti bunda akan mengerti, “aku kecewa lagi, karna dia lagi !” ujarku yang membuatnya tersenyum lalu memelukku, ia pun mengusap kembali rambutku,



“sudahlah jangan menangis, bunda yakin kau gadis yang kuat, cobalah !”



Aku melepaskan pelukannya, lalu menggeleng pelan, “aku tak mampu bunda !! luka yang dulu masih ada, dan sekarang ditambah kembali, aku tak bisa !” ujarku lirih.




**




3 bulan kemudian ..



kulihat Gambaran diriku dikaca, terlihat sangat payah, mataku masih terlihat sembab dengan airmata yang masih mengalir.. rambutku acak-acakan seperti tak terurus layaknya seperti orang yang tak waras. Ya mungkin aku sekarang tak waras lagi, karnanya.. karna kekecewaan yang ia berikan.. karna lubang jebakan yang ia buat, aku benci kau RIO.. aku benci kau.. benci benci dan benci selalu padamu Mario Haling.



Tanganku masih tertumpu pada meja itu, sejenak ku heningkan suasana, berhenti menangis. Kudengar suara derit pintu, ku pandangi terus pintu itu yang perlahan mulai terbuka. namun, ketika ku mengetahui itu dia, RIO. Aku langsung mengepalkan tanganku erat-erat .. menahan semua emosi dalam diriku dengan mengepalkan tanganku, membiarkan kuku jemariku menusuk tanganku yang mengepal.



“Mau apa Kau kesini?” ucapku dengan nada yang sangat emosi. Namun, aku sama sekali tak memandangnya.



“aku Cuma ingin memberikan ini !” ia pun menaruh sebuah kertas berwarna nila dengan corak-corak berwarna emas, dengan bertuliskan ‘undangan’ pada bagian depannya. “aku minta maaf, telah membuatmu kecewa lagi ! maafkan aku” lanjutnya.



aku menutup telingaku dengan menekan tanganku agar menutupi telingaku, “cukup rio, cukup.. kau sudah membuatku kecewa rio, aku benci kau” ucapku sembari menggelengkan kepalaku, menggenggam erat beberapa helai rambutku.



Tangannya bergerak menyentuh pundakku, menggenggam kedua pundakku, menatapku dengan serius, “kau mau kan maafkan aku? Aku mohon,” ujarnya lagi. Namun aku hanya menunduk sembari meneteskan airmata.



“ok, terserah kau mau maafkan aku atau tidak. Tapi, datanglah ke acara pertunanganku nanti”



“keluar kau, KELUAR !” perintahku dengan nada membentaknya, sempat mendapat sergahan dari nya.



“tapi .. ..”



“aku bilang KELUAR , kau tuli ya? KELUARRR !” bentakku lagi akhirnya ia pun segera keluar lalu menutup pintu kamarku.




“ARGGHHH” geramku, dan langsung menjatuhkan semua barang yang terletak dimeja dihadapanku itu tanpa tersisa satupun.



  aku menangis kembali, tubuhku serasa melemas dan aku pun terduduk sembari menggenggam rambutku yang acak-acakan.



MARIO HALING, akan selamanya aku benci, aku tak akan mempercayakanmu lagi, aku benci kau rio,, aku BENCI .. ..



Aku telah merasakan jatuh ke lubang jurang kisah cintaku dilubang yang sama dan untuk kedua kalinya. Aku Kecewa untuk kedua kalinya, aku benci kecewa.










_the End_

0 komentar:

Posting Komentar