My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Rabu, 07 September 2011

BLINK FOR D'CRAG (1)


   Penyesalan, memang selalu datang terakhir.
namun, bisa kah waktu diputar kembali. Dan mengulang semuanya dari awal ?



**



   “ini takdir febb, lo gak boleh kaya gini terus!” nada bicara gadis itu sengaja ditinggikan untuk menekan gadis bernama febby itu. Febby memicingkan matanya yang sembab itu memandang gadis tadi.


   Ia menghela nafas kemudian menunduk. “lo gatau apa yang gue rasain shill!” lirihnya. Gadis itu terus saja duduk menatap gundukan tanah dihadapannya dan menyalahkan dirinya sendiri. “ini semua karna gue! Bodoh ya gue ? kenapa mesti cemburu!”


   Gadis yang menjadi pendengar febby itu pun kini ikut berjongkok di hadapan febby dan mengangkat wajah febby menggunakan telunjuknya. “lo ga salah febb. Ini takdir. Mungkin aja, tuhan mau cepet ketemu sama Riko. So, lo jangan nyalahin diri lo sendiri!”


   Tatapan gadis itu sayu, matanya saja masih meneteskan airmata dari pelupuk matanya. Ia menatap shilla lalu berganti menatap nisan yang bertuliskan nama “Riko anggara” itu. Ia kini kembali menunduk lirih. “tapi kenapa harus sekarang?!”


   Shilla tersenyum, lalu mengulurkan tangannya untuk membuat febby bangkit dari duduknya. Febby pun mendongak melihat shilla tersenyum lalu meraih tangan shilla dan bangkit dari duduknya. “ini kehendak tuhan. Lo harus ikhlas. Jalan lo masih panjang febb! Gue yakin riko disana pasti pengen lo gak nangisin dia terus!” gadis itu pun menepuk bahu febby pelan.


   Gadis bernama lengkap Febby Rastanty itu memejamkan matanya sejenak lalu mencoba tersenyum ikhlas. Shilla pun tersenyum lagi, ia kini senang, menatap sahabatnya itu mulai mengerti.


   “gue janji. Gue akan slalu tersenyum buat lo Riko. Maafin gue!”


   Shilla kini menatap febby sedikit iba. Adakah hal yang bisa membuat gadis itu kembali seperti dulu ? ceria dalam hari-harinya. “gue jamin riko seneng disana denger itu. Pulang yuk febb. Udah mau sore nih!” febby pun mengangguk pelan lalu melangkah bersama shilla meninggalkan makam Riko.


**


Bisakah waktu berhenti detik ini juga ? jika bisa, tolong hentikan 1 jam saja. Menikmati keindahannya lebih lama.



   Pandangan gadis itu terpaku pada satu titik. Siluet tampan dimana keindahan tercipta dalam dirinya. Kesempurnaan yang mengalir dalam kepribadiannya. Bisakah gadis itu memilikinya ?


   Gadis itu mengerjap. Dimana siluet tadi ? pandangannya menyapu area taman itu dan menunduk menyesal. untuk apa ia tadi malah bengong ? akhirnya pemuda itu sudah tak lagi mengisi pandangannya.


   “Hey. Ngapain disitu?!”


   Gadis itu mendelik. Menatap pemuda yang baru saja membuatnya tersentak. DEGH !! ia merasakan detak jantungnya berdemo seketika. Detakannya melebihi kapasitas yang biasanya. Pencair tembaga itu kini dihadapannya dari dekat dan dekat.


   Jika bisa, Tuhan, tolong hentikan waktu saat ini juga !!


   Ia tersadar dari aksi perpaduan pandangan matanya saat pemuda itu melayangkan tangannya tepat didepan wajahnya. “woy! Lo kenapa fy?!” gadis itu melengos. Astaga, bodoh sekali dia. Mengapa juga harus bersikap seperti itu dalam keadaan seperti ini ? aahh lalu jika seperti ini apa yang harus dilakukannya ?!


   “eh, gapapa kok!”


    Pemuda itu hanya membulatkan mulutnya lalu menganggukkan kepalanya samar dan kini berlalu meninggalkan gadis itu. Gadis itu terdiam menatap punggung sang pemuda. Meskipun cuek, namun pintar memikat hati. Batinnya.


**


Salahku, biarkan kamu bermain dengan hatiku. Aku tak bisa memusnahkan kau dari fikiranku ini    – mahadewi –



   Kosong, hampa itulah yang dirasakan gadis itu kini. Ia mendengus pelan, rasanya ia membutuhkan sesuatu untuk mengisi kekosongan hatinya. Tapi apa ? jatuh cinta kembali ? itu tak mungkin. Nama itu, nama ‘gabriel’ sudah melekat dalam-dalam dihatinya. Tak bisa terlepas.


   “Lo, jahat gabriel.!” Gadis itu meraung sembari memeluk bantal. Ia menangis sembari merauk bantal itu sekencang-kencangnya untuk meluapkan segala penat dalam dirinya.


   Gadis itu menghapus airmatanya lalu beranjak dari ranjangnya dan melangkah pelan menuju meja belajarnya dan meraih sebuah boneka teddybear kecil berwarna pink dengan badannya bertuliskan ‘Gabricill’.


   Bisakah tuhan, hapus dia dari fikiran gadis itu ? rasanya gadis itu sangat membenci pemuda yang telah mempermainkan hatinya itu. Namun, mengapa rasa itu tak bisa pudar dan menghilang ?


   “mana janji lo gabriel ?!”


   Gadis itu terpejam, mencoba menetralisirkan fikirannya bersamaan dengan menghela nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Kini ia beranjak menuju lemari sembari memegang boneka itu lalu melemparnya kedalam lemari. “ini tempat lo sekarang! Gue gabutuh!”


***


Tuhan tolong aku, juga jaga dia. Tuhan ku pun sayang dia! Aku tak akan berhenti menemani dan menyayangimu hingga matahari tak terbit lagi!   - Wali –



   Gadis itu terpejam. Menghirup aroma malam yang terasa sejuk. Membiarkan angim malam itu menusuk pori-pori kulitnya. Membiarkan rambutnya tersibak indah oleh angin malam itu. Sejuk, damai dan tenang. Gadis itu mengulum senyum saat matanya sudah kembali terbuka, ia menengadahkan kepalanya ke atas, menatap bintang-bintang yang ada dilangit malam itu.


   “makasih tuhan!”


   Gadis itu kembali memejamkan matanya. Lalu sebutir cairan bening keluar dari matanya. Ia hanya tersenyum lalu kembali menatap langit. “air mata ini, karna aku bahagia. Aku bahagia memilikinya.!”


   Kau mau apa, pasti kan kuberi. Kau minta apa akan ku turuti. Walau harus aku terlelah dan letih. Ini demi kamu sayang :)


   Ia tersenyum lagi, membaca deretan pesan dari pangerannya itu yang berisi deretan syair lagu. Rasanya, memilikinya itu adalah keberuntungan baginya. Pemuda itu, sosok orang yang tulus dan selalu membuatnya tersenyum.


   Aku tak akan berhenti. Menemani dan menyayangimu. Hingga matahari tak terbit lagi!


   Balasan itu, lanjutan syair dari syair yang dikirimkan pemuda itu. Gadis itu terus menyunggingkan senyum manisnya, rasanya seperti bibirnya itu sendiri yang memaksanya untuk terus senyum tanpa henti.


*


Biarkan aku bersalah didepan matamu, selalu kau membenarkan apa katamu. Cintamu membuatku sedih dan tak berdaya namun ku terlanjur cinta.



   Sebenarnya adakah secuil rasanya untuk gadis itu ? gadis yang kini tengah termangu di taman depan rumahnya. Memandangi bintang malam yang indah dan tak terhitung jumlahnya. Gadis itu sepertinya bimbang, atas hati pemuda yang disayanginya.


   Apakah pemuda itu sama sekali tak tulus mencintainya ? namun mengapa selama ini ia mempertahankan hubungan itu ? sedangkan perlakuannya selalu menyalahkan sang gadis dan selalu merasa dirinya paling benar.


   “Halo!”


   Gadis itu menghela nafas setelah mengangkat telp dari pemuda itu, semoga saja ia tak dapat masalah lagi. “ada apa?” tanyanya.


   “lagi dimana ?”


   “dirumah!”


   “kirain pacaran sama selingkuhanmu itu!”


   “maksudmu apa?!”


   “muka dua!” gertak pemuda diseberang telp itu pada gadisnya. Gadis itu mengernyit. “dikira, aku tak tau perlakuanmu? Selama ini, kamu sering berdua sama alvin kan? shit!” lanjutnya.


   Nada bicara pemuda itu, sepertinya menunjukkan bahwa ia sedang marah. Marah terhadap gadis itu ? sepertinya begitu. Gadis yang mendapatkan sedikit bentakkan itu kini meneteskan  airmatanya.


   “aku sama alvin ga ada apa-apa!  Dia kan teman satu ekskul denganku. Kamu gak percaya?”


   “Hallah.. bohong. Aku tau kamu ada apa-apa sama dia, sivia.!”


   “kamu salah! Kamu Cuma salah paham! Lagipula, aku gak mungkin seperti itu!” gadis itu sedikit tersentak saat sambungan telp diputuskan tiba-tiba oleh pemuda itu. Sivia pun menunduk dan meneteskan airmatanya.



**

0 komentar:

Posting Komentar