My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Selasa, 30 Agustus 2011

Cinta dan Bintang *part 6b*


Shilla melangkah pelan mendekati rio dan ify yang sudah sampai terlebih dahulu di cafe. Ia pun tersenyum ragu. Lalu menatap ify dan rio secara bergantian kemudian duduk disatu bangku yang kosong.

Mereka pun akhirnya memesan minuman. Tak lama pesanan mereka pun sudah datang. Shilla kini mulai menatap rio dan ify, tubuhnya menegang entah kenapa. atau mungkin karna hawa hening yang membuatnya tegang.

Rio menghela nafas perlahan. Dengan hati-hati ia berkata “shill. Aku mau jelasin sesuatu tentang aku dan ify!” lalu kembali terdiam sejenak. Shilla pun menatap rio kaku dan tegang. Menunggu suatu perkataan yang lebih dari itu.

“aku dijodohin sama ify!” rio pun menunduk. Takut menatap raut wajah shilla yang mungkin sekarang tengah memasang wajah kecewa. Begitu pun dengan ify.

Shilla tak mereaksi apapun saat itu. Tatapannya datar ke depan, diam tak bergeming, bergerak saja bahkan tidak bisa rasanya. Perlahan airmatanya menetes, tangannya bergetar namun tubuhnya tetap saja seperti patung, diam.

Melihat itu semua rio serasa ingin ikut menangis, rio pun mendongakkan kepala lalu melihat shilla yang sepertinya masih shock .. namun memang masih tak bergeming, tatapannya kosong, sembari meneteskan airmatanya.

Shilla sakit ? ya pastinya. Siapa sih seseorang yang tak sakit hati jika mengetahui pacarnya dijodohkan dengan oranglain bahkan sahabatnya sendiri ?

Jderrr ..

Langit bergerumuh hebat. Mungkin pertanda akan ada hujan lebat hari ini. Shilla pun beranjak dari posisi duduknya lalu berlari keluar cafe bahkan tak mementingkan cuaca langit yang sedang tak bersahabat. Ia terus berlari menjauh.

Rio yang hendak menahannya pun tak kuasa. Malahan, semakin melihat shilla seperti itu rasanya rio semakin lemah.

Mungkin langit kini senasib dengan shilla. Ia menangis, ia marah, ia kecewa. Namun perbedaan mereka yaitu shilla tak menunjukkan amarahnya dengan suara, namun ia hanya berteriak gemuruh dalam hatinya, sedangkan langit ? ia menunjukkan amarahnya melalui suara-suara gemuruh. Tapi langit dan shilla sama-sama menangis saat itu.

Shilla tak sama sekali berniat menghubungi supirnya untuk menjemputnya. Ia terus saja berjalan gontai, tak memikirkan tubuhnya yang sudah kelewat basah kuyup.

Shilla semakin melemah, kakinya gemetar, bahkan sesak saja sudah memenuhi rongga pernafasannya saat ini. Ia pun jatuh terduduk ditengah jalan kompleks sembari menunduk menangis diiringi dengan derasnya air hujan yang turun.

Gabriel yang kebetulan lewat jalan itu pun melihat shilla dan langsung menghampiri shilla. Shilla pun mendongak saat menyadari tak ada air hujan yang menetes, lalu ia melihat gabriel yang tengah berdiri dihadapannya sembari memegang sebuah payung.

“shill, kamu ngapain disini? Kok hujan-hujanan gitu? Pulang aja ya, aku anterin!” dengan baik hati gabriel mengatakan itu. Namun shilla tak memperdulikannya. Ia tetap tak mau menerima tawaran gabriel.

Gabriel pun meraih lengan shilla agar shilla mau berdiri dan pulang. Namun tangan gabriel ditepis begitu saja dengan shilla. “Aku nggak mau pulang!” bentaknya. Gabriel pun berjongkok didepan shilla yang tengah terduduk. Berbagai perkataan untuk membujuk shilla sudah dilontarkan oleh gabriel, akhirnya setelah beberapa lama, shilla pun mengangguk dan mau pulang. Akhirnya gabriel mengantarkannya pulang.

Sesampainya dirumah shilla, seluruh keluarga tengah berkumpul diruang utama. Seluruh keluarganya panik melihat shilla yang tak biasanya seperti itu. “maaf, tadi saya bertemu shilla dijalan lagi hujan-hujanan. Yaudah saya bujuk shilla untuk pulang akhirnya saya mengantarkannya kesini!” jelas gabriel.

Siska tersenyum berterimakasih, “makasih ya gabriel, mau masuk dulu?!”

“nggak usah tante. Makasih. saya pulang aja. Lagian saya juga ada keperluan!” gabriel pun pamit dan langsung meninggalkan rumah shilla itu.

*

“kamu kenapa sih shill? Nggak biasanya kamu kaya gini!” tanya alvin pada gadis yang tengah duduk sembari berselimut itu.

shilla masih tak bergeming, tatapannya kosong, lagi-lagi ia meneteskan airmatanya sembari menunduk. Alvin pun semakin penasaran dengan apa yang terjadi. “cerita sama aku shill. Pasti kamu lagi ada masalah kan?”

shilla pun mendongak, lalu menatap alvin sembari menangis. “rio dijodohin sama ify!” lirihnya. Alvin pun membelalak lalu meraih shilla ke dalam pelukannya.

*

“lo tuh nggak mikirin perasaan shilla ya? harusnya lo mikir!! Punya otak nggak sih lo?!” alvin sudah mengambil ancang-ancang untuk menghantam rio, namun segera niatannya itu dibuangnya begitu saja.

Rio terdiam lalu menatap alvin lekat. “tampar gue aja klo lo mau. Ini juga bukan gue yang mau vin. Ini bokap gue yang maksa. Dan gue gak bisa nolak itu!”

Alvin mencibir. “lo tau? Shilla hari ini nggak masuk itu karna lo!” alvin terus memandang rio dengan penuh amarah. Alvin marah ? tentu saja. Karna shilla adalah gadis yang ia sayangi.

Rio pun membelalakan matanya. Benarkah shilla hari ini tidak masuk sekolah karnanya ? apakah disini rio benar benar salah ?

“beneran?” rio pun kini panik. Mengapa shilla tidak masuk ? ada apa dengan shilla. ?

Alvin mendengus, lalu tersenyum kecut “shilla kemarin pulang hujan-hujanan. Untung aja gabriel anterin dia pulang. Shilla tuh sekarang lagi demam, dan kayaknya dia masih terpukul banget. Lo sih klo ngomong nggak mikir dulu!”

“ha. Gabriel yang jahat itu?”

“gabriel itu tuh baik, lo yang jahat!” alvin pun berlalu meninggalkan rio dan melewati rio dengan menubrukkan tubuhnya dengan rio.

*

Ify tersenyum getir, ia baru menyadari bahwa ia telah menemukan sesuatu fakta yang selama ini ia cari. Ia pun melangkah gontai menghampiri alvin yang tengah duduk di pinggir lapangan basket sembari menyodorkan sebuah kotak kecil.

Alvin pun membelalakkan matanya saat melihat benda itu dihadapannya, lalu meraih benda itu. ia pun menoleh ke arah gadis yang menyodorkan benda itu, lalu mendapati ify yang menyodorkannya. “ify!”

Ify menunduk. “ais kangen nathan!” lirih ify. alvin pun menatap ify lalu kini menatap ke arah kotak musik mungil berwarna hitam dengan corak-corak bintang berwarna perak pada dinding kotak musik itu.

“ify ? maksud kamu ? trus kamu dapet ini darimana ?” alvin menunjukkan kotak yang kini di genggamnya.

Ify menghela nafas, “kamu nathan kan? Aku ais vin, sahabat kecilmu!”

Alvin membelalak lagi. Orang yang selama ini ia cari sudah berdiri dihadapannya ? dan itu ify ? bahkan alvin sendiri tak menyangka, bahwa ify lah yang selama ini ia cari. Ify adalah peri kecilnya itu.

Alvin tersenyum getir. “aku udah nunggu kamu selama beberapa tahun. Tapi kenapa kamu baru bilang sekarang kalo kamu itu ais fy ?”

Ify menggeleng. “bukan gitu vin. Aku juga baru tau klo kamu itu nathan. Aku juga tau karna shilla!”

“tapi percuma fy. kamu itu nggak akan jadi peri kecilku lagi!”

Ify mengernyit. “kenapa ? bukannya kamu bilang ais itu peri kecilmu selamanya?”

Alvin menggeleng cepat lalu beranjak dari duduknya dan mengembalikan kotak musik itu pada ify “karna kamu bukan buat aku fy. kamu udah sama rio kan?! Padahal aku selalu nunggu kamu!” ucap alvin lalu meninggalkan ify yang masih menunduk.

*

Setelah pulang dari sekolah pun alvin segera ke kamar shilla. Lalu mendapati shilla yang tengah berdiri menghadap jendela. “shill!” shilla pun menoleh lalu tersenyum dengan wajahnya yang pucat.

“aku udah tau siapa ais!” alvin pun duduk pada sofa yang terdapat dikamar shilla itu. Shilla pun melangkah menghampiri alvin dan duduk disampingnya.

Shilla tersenyum. “aku juga tau. Selamat ya vin!” Ucap shilla lalu tersenyum simpul.

Alvin mendengus. “nggak usah bilang selamat shill. Dia sama rio tuh sama-sama kejam!”

“kok gitu ? ify kejam ?”

“iya, dia selama ini udah aku tunggu bertahun-tahun, tapi apa ? dia malah sama rio, dan nyakitin cewek yang sekarang lagi aku suka!”

“maksud kamu apa ?”

“ia, dia sama rio jahat karna udah nyakitin kamu!”

Benarkah suka terhadap saudara tiri itu salah ? tidak salah bukan jika alvin menyukai shilla selama ini ? mengagumi senyumnya, tawanya, wajahnya, pokoknya segala yang dimiliki shilla. Toh mereka juga bukan saudara sedarah. Alias bukan saudara kandung.

*

1 bulan kemudian ...
Sikapnya berubah, membuat segalanya berubah.

Shilla melangkah pasti menuju kelasnya. Lalu terhenti ketika berpas-pasan dengan rio dan ify yang tengah berjalan hendak kluar kelas. Tangan mereka bertautan yang membuat shilla kembali merasakan sesak.

Shilla pun akhirnya tak memikirkan itu lagi, dan langsung melanjutkan langkahnya ke dalam kelas.

Sekarang tempat duduk mereka sudah memiliki peraturan baru, bahwa setiap minggu akan di rolling, jadi hari ini shilla baru menyadari bahwa ia akan duduk sebangku dengan rio. haduhh.. hal macam apa lagi ini ?

Bel masuk berbunyi. Seluruh siswa sudah masuk ke kelas masing-masing. Dengan cueknya rio pun duduk disamping shilla tanpa memperdulikan shilla sedikitpun.

Shilla pun menulis sesuatu pada note kecil. Lalu menyodorkannya pada rio.

    Aku nggak pernah nyangka kamu bakal gini rio. aku kecewa.!!!!

Setelah membaca note itu pun rio langsung menoleh ke arah shilla dan langsung membisikkan sesuatu tepat di telinga shilla. “lupain semuanya!”

Shilla pun terdiam. Rio berani berbicara seperti itu ? lupakan semuanya ? itu hal yang mustahil menurut shilla. Karna tak mudah melupakan rio begitu saja.

“itu mustahil mario.!” Bisik shilla pada rio. mereka pun beradu pandang, rio menatap shilla tajam.

“dicoba apa gak bisa? Berusaha dong!”

shilla mencibir mendengar jawaban rio. haruskah ia menjadi gadis yang tabah saat ini ? karna sejujurnya, detik ini ingin sekali rasanya shilla menangis. Meluapkan segala kekecewaannya saat ini.

*

Waktu bergulir terus, hingga waktu yang dinanti-nanti shilla pun tiba. Bel istirahat berbunyi begitu saja. Seluruh siswa pun bergegas keluar kelas, dan hingga akhirnya hanya tersisa, shilla ify disana.

Shilla berjalan melewati ify tanpa memperdulikan ify sedikitpun, namun akhirnya langkah shilla terhenti karna lengannya diseka oleh ify dan shilla menatap ify hanya datar. “apa?”

Ify menghela nafas dalam. “tolong jangan jauhin aku shill!” ify terus menggenggam lengan shilla sembari menunduk. Ini kah namanya persahabatan , tuhan ? dimana persahabatan terpecah belah hanya karna cinta ! bukankah sahabat lebih penting dari segalanya ? namun jika ini itu semua membuat salah satu dari mereka sakit, bukankah terpecah itu hal yang biasa ?

Tetesan bening itu akhirnya kembali mengalir di pipi shilla, menangis dalam menunduk itu lah yang dilakukan shilla kini. Kedua gadis itu hanya terdiam didepan kelas dengan perasaan kacau masing-masing.

Rasanya ingin sekali shilla musnahkan pemuda itu saat ini, bahkan detik ini. Karna ia yang membuat persahabatannya hancur begitu saja. Ify sebenarnya sangat ingin shilla tak seperti itu terus, namun shilla harus berbuat apa ? ia sendiri pun sebenarnya tak ingin seperti itu. Namun, hatinya masih belum bisa menerima apa yang sudah terjadi itu.

Rasa sesak itu masih ada !

“maaf fy!” shilla pun segera menyeka airmatanya sembari berjalan keluar kelas dengan sedikit berlari kecil menuju toilet sekolahnya yang kebetulan tak jauh dari kelasnya. Sedangkan ify, bersender pada dinding kelasnya sembari meneteskan airmata.

Siluet tampan tengah berdiri diambang pintu menatap gadisnya itu tengah menunduk menangis dengan bersender pada dinding. Ia pun melangkah mendekati gadis itu lalu menggerakkan telunjuknya untuk mendongakkan wajah gadis itu. “ify, kenapa?” tanyanya lembut.

Ify menggeleng cepat, menghela nafas lalu menyeka airmatanya dan sejurus kemudian ia menunjukkan senyumnya pada pemuda dihadapannya itu.

“aku yang salah disini. Maaf fy!”

Ify menggeleng lagi. “nggak yo. Disini gak ada yang salah. Yang salah hanya takdir!” ujar gadis itu. “aku emang dari dulu gak suka takdir. Karna takdir selalu berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan!” lanjutnya.

Pemuda bernama Rio Haling itu pun kini merengkuh ify kedalam pelukannya. Merasakan masalah itu bersama. Shilla yang kembali hendak mengambil sesuatu yang tertinggal pun terhenti diambang pintu lalu tersenyum lirih. Ia mencengkram kenop pintu erat-erat kemudian kembali meneteskan airmatanya.

Ini sungguh kondisi yang tak shilla harapkan !

Shilla pun mengurung niatannya untuk ke kelas. Ia pun berlalu pergi, tak ingin terus menyaksikan adegan yang sama sekali tak ingin dilihatnya.

*

“sekarang, dua cewek kayaknya yang harus aku hibur!” seorang pemuda berdiri disamping shilla sembari menyodorkan sapu tangan ke arah shilla. Shilla pun mendongak menatap pemuda itu lalu meraih sapu tangan yang disodorkan oleh pemuda itu.

Pemuda itu pun ikut duduk disamping shilla dan menatap shilla lekat-lekat. “aku gak suka ada cewek nangis!” celetuknya. Shilla pun menoleh kembali ke arah pemuda itu. Namun, pemuda itu hanya tersenyum tipis.

“jadi cewek jangan selalu lemah. Tunjukin dimana kamu mampu. Kamu bisa tanpa dia shill!” ujarnya lagi yang mungkin seperti menasehati gadis itu. Shilla pun menunduk.

“aku gak bisa tunjukin itu. Karna memang sebenernya aku gak bisa tanpa dia!” lirih shilla.

Pemuda itu mengulum bibir. “cowok didunia ini banyak. Kalau memang seandainya dia jodohmu, pasti suatu saat nanti dia bakal balik sama kamu! Jujur, aku tuh males bahas dia!”

Shilla mengernyit. “kenapa?”

Pemuda itu mendengus, “karna dia udah ambil hati cewe yang aku suka dan udah pernah sakitin dia!”

“ify maksudnya?”

Pemuda bernama lengkap Gabriel Damanik itu pun mengangguk. “ya. aku daridulu emang gak pernah akur sama dia!” Shilla hanya manggut-manggut faham.

*

“LUPAIN GUE SHILLA !! APA ITU SUSAH ?” jujur, baru kali ini shilla merasakan bentakan dari putra adrian haling itu. Segitunya kah ia ? menyuruh shilla melupakannya dengan bentakan yang membuat shilla tersentak hingga meneteskan airmata.

Bahkan bahasa rio pada shilla kini berubah ! menyebut dirinya sendiri pada shilla menggunakan ‘gue’ .. itukah rio yang shilla kenal ? sepertinya kini rio memang berubah padanya. Rio yang dihadapannya kini bukanlah rio yang dulu ia kenal. Melainkan seperti orang lain yang menjelma menjadi sosok rio.

Shilla bergetar, berusaha sekuat mungkin menahan segala pesakitannya. Ia terus menunduk dalam, bingung harus berbuat seperti apa lagi. Shilla pun terjatuh duduk dihadapan rio sembari menangis tersedu. “aku nggak bisa rio. tolong jangan paksa!”

Rio pun kini menunduk menatap gadis yang tengah duduk dihadapannya, telaga beningnya sudah berkaca-kaca. Ia pun ikut duduk dihadapan shilla. “apa susah shill ? gue kaya gini, Cuma gak mau buat lo lebih sakit lagi!” rio ikut melemah, jantungnya pun berdetak tidak biasa dan kini menunduk dihadapan shilla.

“tapi, kalo kamu suruh aku lupain kamu. Itu lebih sakit lagi rio. tolong biarin aku punya perasaan ini sampai bisa hilang dengan sendirinya!”

“tapi sampai kapan? Klo gak hilang-hilang?”

“yaudah biarin perasaan dan ingatan ini ada selama-lamanya. Pleasee!!”

0 komentar:

Posting Komentar